Fintech Syariah ALAMI Salurkan Pembiayaan Rp 3 Triliun Hingga Juni
Penyelenggara teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) syariah ALAMI telah mencatatkan rekor penyaluran pinjaman Rp 3 triliun hingga akhir Juni. Ini terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang diramal anjlok.
ALAMI telah memperoleh akumulasi penyaluran pinjaman Rp 1 triliun pertama pada tahun lalu. Ini dicapai setelah hampir dua tahun didirikan.
Kemudian, penyaluran pembiayaan Rp 1 triliun berikutnya diperoleh ALAMI dalam jangka waktu enam bulan. Tiga bulan setelahnya, ALAMI menambah Rp 1 triliun penyaluran pinjaman. Pada Juni tercatat akumulasi penyaluran pinjaman ALAMI mencapai Rp 3 triliun.
Komposisi pembiayaan yang disalurkan oleh ALAMI mayoritas disokong oleh sektor industri telekomunikasi (15,75%). Selain itu, sektor perikanan, pertanian dan peternakan (14,98%), kuliner halal (14,02%), energi (14%), konstruksi dan teknik (8,63%), serta kesehatan (7,76%).
“Kami mencermati adanya peningkatan porsi penyaluran pembiayaan pada pilar sektor pangan khususnya perikanan, peternakan dan pertanian yaitu mencapai Rp 442,84 miliar atau 14,98% dari total penyaluran keseluruhan," kata CEO ALAMI Dima Djani dalam siaran pers, Jumat (8/7).
ALAMI saat ini memiliki lebih dari 100 ribu pendana yang terdaftar di dalam sistem. Hingga April, jumlah pengguna aplikasi ALAMI mencapai lebih dari 83 ribu tersebar di 482 kota/kabupaten di Indonesia.
ALAMI juga mencatatkan Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB90) di angka 100% pada semester pertama tahun ini. Menurut Dima, capaian ini menunjukkan kualitas pembiayaan yang disalurkan ALAMI terjaga baik.
Pada April, ALAMI juga telah meraih fasilitas utang US$ 30 juta atau Rp 431 miliar dari perusahaan asal Inggris Lendable. Dana ini akan digunakan untuk menyalurkan pinjaman kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Dima mengatakan, capaian ALAMI saat ini terjadi meskipun kondisi ekonomi global sedang tidak baik. "Di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, ALAMI berhasil mencetak rekor akumulasi penyaluran pembiayaan senilai Rp 3 triliun," kata CEO ALAMI Dima Djani dalam siaran pers, Jumat (8/7).
Diketahui, perusahaan pialang global Nomura Holdings telah memperkirakan bahwa tujuh negara akan masuk jurang resesi ekonomi tahun depan. Ketujuh negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Zona Eropa, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada.
Sedangkan di Indonesia, inflasi sudah mulai terasa. Angka inflasi Indonesia mencapai 4,35% secara tahunan (year on year/yoy) atau yang tertinggi sejak Juni 2017, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi Juni 0,61%. Utamanya karena kenaikan harga pangan, seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam.
Bank Dunia mengatakan, berdasarkan ekspektasi konsumen dan dunia usaha saat ini, inflasi tinggi di Indonesia mungkin tidak bersifat sementara. Namun, ketidakpastian dari lingkungan global akan menjadi penentu berapa lama inflasi tinggi bertahan.