Zoom, Google hingga Microsoft Kumpulkan Data Pengguna, Langgar Aturan?
Hanya, pengguna harus memastikan bahwa pengumpulan data sesuai dengan privacy policy atau tidak. “Dalam kasus Zoom yang mencuat, ada kegiatan yang tidak sesuai dengan privacy policy sehingga menimbulkan kontroversi," kata Pratama.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi. Data pribadi yang biasanya dikumpulkan pengembang aplikasi mulai dari nama, nomor ponsel, email, sampai lalu lintas percakapan, video dan sebagainya.
(Baca: DPR Ungkap Dua Penghambat Pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi)
"Aturannya, sepanjang pengguna setuju apa saja yang bisa diambil dan diakses bahkan termasuk kontak, kamera atau GPS, artinya platform tidak dapat dianggap bersalah," ujar Heru kepada Katadata.co.id.
Meski demikian, platform tidak boleh membagi data yang diambil dan disimpan di aplikasi kepada pihak lain, tanpa persetujuan pengguna. Selain itu, perusahaan wajib melindungi data pengguna agar tidak bocor. "Konsepnya begitu," ujar dia.
Sebelumnya, Peneliti Privasi Consumer Reports Digital Lab Bill Fitzgerald mengatakan, Google, Microsoft, dan Webex menerapkan kebijakan untuk mengambil data pengguna. “Meskipun ada perbedaan di antara kebijakan privasi platform yang berbeda, secara seimbang, perbedaannya tidak besar. Dari sudut pandang privasi, tidak ada opsi (kebijakan dari perusahaan-perusahaan) ini yang bagus," ujar Bill dikutip dari laporan Consumer Reports, akhir April lalu (30/4).
Menanggapi laporan tersebut, Cisco mengatakan bahwa privasi merupakan hak dasar manusia. "Kami tidak pernah menyewakan atau menjual informasi pelanggan kami," ujar perusahaan.
(Baca: Perbarui Fitur Keamanan dan Privasi, Zoom Bakal Rilis Versi 5.0)