Startup Jumbo RI Berpeluang Besar Masuk Bursa Saham Tahun Ini

Desy Setyowati
19 Januari 2021, 19:05
Membesarnya Peluang Startup Jumbo Indonesia IPO Tahun Ini
Aleksandr Khakimullin/123rf
Ilustrasi

Henry optimistis perusahaan akan mencapai titik impas (break even point/BEP) pada akhir tahun atau awal 2021, jika industri perjalanan pulih setidaknya 50% dibandingkan sebelum ada Covid-19. Selain itu, akan segera meraih keuntungan.

(BACA JUGA: Seperti Tokopedia, Traveloka Kaji IPO lewat Perusahaan Cek Kosong)

Bukalapak dan Gojek juga berencana IPO. Namun, keduanya enggan menanggapi permintaan komentar dari Reuters terkait potensi IPO lewat SPAC.

Sedangkan startup yang bersiap IPO pada tahun ini yakni LinkAja. Pada November 2020 lalu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, kementerian berencana mendorong fintech pembayaran itu untuk mencatatkan saham perdana dalam satu hingga 1,5 tahun ke depan.

Sejauh ini, ada beberapa startup yang sudah melantai di bursa saham. Mereka di antaranya Surge Digital Ecosystem, Cashlez, Yelooo Integra Datanet, Tourindo Guide Indonesia, M Cash Integrasi, Digital Mediatama Maxima, Distribusi Voucher Nusantara, Kioson Komersial Indonesia, NFC Indonesia, dan Telefast Indonesia.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna tak dapat berkomentar mengenai potensi IPO lewat SPAC di Tanah Air, karena belum ada yang mengajukan. Namun, "ada banyak kesempatan diskusi dengan para pendiri startup terkait IPO maupun investor seperti private equity dan modal ventura," kata dia, bulan lalu (24/12/2020).

Akan tetapi, BEI kini menyiapkan perubahan peraturan pencatatan nomor I-A. Nantinya, ada beberapa alternatif persyaratan pencatatan, sehingga dapat mengakomodasi berbagai karakteristik perusahaan, termasuk startup, yang mencatatkan saham di BEI.

Otoritas bursa sudah mendiskusikan rancangan peraturan tersebut dengan para stakeholder, termasuk pendiri startup dan modal ventura, pada bulan lalu. “Dari hasil diskusi, kami optimistis bahwa perusahaan-perusahaan teknologi dapat segera IPO,” ujar Nyoman kepada wartawan, dua pekan lalu (7/1). “Kami berharap aturan ini segera rampung.”

Sebelumnya, BEI sudah menyiapkan dua inisiatif untuk mendorong perusahaan dengan nilai aset skala kecil hingga menengah, termasuk startup, mau IPO. Pertama, membentuk papan akselerasi pada tahun lalu.

Saat ini, ada lima emiten yang menjadi konstituen papan akselerasi itu. Mereka di antaranya Tourindo Guide Indonesia, Prima Globalindo Logistik, Planet Properindo Jaya, Boston Furnitures Industries, dan Cashlez Worldwide Indonesia. Cashlez merupakan startup fintech.

Inisiatif kedua yakni mengembangkan ruang inkubasi, IDX incubator. Ada 62 startup binaan di Jakarta, 27 di Surabaya, dan 24 di Bandung.

(BACA JUGA: Mengenal SPAC, 'Kendaraan' Tokopedia untuk Tembus Bursa Saham AS)

Sedangkan selama ini, lanskap exit strategy startup di Asia Tenggara sebagian besar berupa merger dan akuisisi. Sedangkan untuk fintech, dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Dealroom, Finch Capital dan MDI Ventures memperkirakan, tren konsolidasi akan berlanjut di sektor startup fintech. Namun fokusnya pada asuransi (insurtech) dan penyedia solusi bisnis.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...