Kisah Pendiri Gojek: Sulitnya Bangun Startup Hingga Nyaris Bangkrut

Fahmi Ahmad Burhan
16 Juli 2021, 18:14
(ki-ka) Adjunct Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada - Adityo Hidayat, Co-CEO Gojek - Kevin Aluwi, Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo RI - Slamet Santoso dan Ketua Umum SiBerkreasi Hermann Josis Mokalu.
Gojek
(ki-ka) Adjunct Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada - Adityo Hidayat, Co-CEO Gojek - Kevin Aluwi, Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo RI - Slamet Santoso dan Ketua Umum SiBerkreasi Hermann Josis Mokalu.

Direktur Digital Business Telkom yang juga mantan pendiri perusahaan e-commerce Bukalapak, M. Fajrin Rasyid mengatakan, peluang keberhasilan startup memang kecil. Menurut dia, mendirikan startup bukanlah hal yang mudah karena memiliki risiko tinggi, namun tinggi juga keuntungannya.

Dia menambahkan, ada banyak tantangan untuk startup bisa sampai tahap dinyatakan berhasil. Salah satu tantangan konsistensi inovasi dan pemecahan masalah. Selain itu, ada juga tantangan dalam membentuk tim.

"Ini tidak mudah. Saya banyak menemukan cerita pendiri startup yang kurang berhasil karena tidak kapabel dalam membuat tim," ujar Fajrin.

Diketahui, pesatnya perkembangan internet membuat sejumlah startup teknologi muncul sebagai unicorn, decacorn atau bahkan raksasa internet, seperti Facebook Inc, Alibaba, hingga Grab dan Gojek. Mereka sukses menggalang pendanaan dari pasar modal maupun dari para investor privat.

Namun, tak sedikit pula perusahaan rintisan yang semula berprospek kemudian bangkrut karena kasus penipuan (fraud), salah strategi, atau salah kelola (mismanajemen).

Di Amerika Serikat (AS) misalnya ada startup produsen panel atap surya Solyndra. Startup itu bangkrut pada 2011 dan menghentikan segala aktivitas produksi. Startup juga memberhentikan 1.100 karyawan, dan mengajukan pailit.

Ada juga startup transportasi Arrivo yang bangkrut pada 2018 karena tak mampu mendapatkan pendanaan seri A. Pendanaan itu yang dipersyaratkan oleh calon kreditornya.

Di Indonesia, selama pandemi beberapa startup juga menghentikan layanannya, seperti Sorabel, Eatsy, Stoqo, Hooq, dan Airy Rooms. Selain itu, perusahaan sejenis Hooq yakni iFlix mengalami kesulitan dari sisi keuangan di tengah pandemi Covid-19.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...