Gojek dan Grab Ungkap ‘Penyelamat’ Bisnis Selama Pandemi Corona
Permintaan layanan taksi dan ojek online Gojek dan Grab menurun selama pandemi corona. Namun ada tiga lini bisnis yang masih tumbuh.
Head of Indonesia Region Gojek Gede Manggala mengatakan, order taksi dan ojek online menurun sejak penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4. Namun permintaan pengantaran barang meningkat.
"Ada peningkatan layanan pengiriman barang, terutama dari e-commerce. Ini dari pembeli Tokopedia," kata Gede dalam konferensi pers virtual, Senin (23/8).
Gojek dan Tokopedia merger dan membentuk entitas baru bernama GoTo pada Mei (17/5). Setelah itu, perusahaan memaksimalkan layanan pengantaran barang GoSend.
Kedua, layanan kebutuhan pokok, GoMart. "Selama PPKM level 4, permintaan sayur-sayuran meningkat," ujar Gede.
Ketiga, layanan pesan-antar makanan GoFood. "Mitra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) makanan terdorong lewat layanan ini," ujarnya.
Gojek mencatat, pendapatan GoFood tumbuh 20 kali lipat dalam empat tahun terakhir, termasuk saat pandemi Covid-19. Decacorn ini pun meluncurkan dua fitur baru yakni ulasan pelanggan (review) dan rekomendasi kategori restoran terpopuler atau yang sedang disukai GoFoodies.
Pesaing Gojek, Grab juga mencatatkan peningkatan bisnis pada ketiga layanan itu. Pada kuartal pertama tahun ini, transaksi Grab Express dan GrabFood mencatatkan nilai transaksi alias gross merchandise value (GMV) naik 49% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 1,7 miliar.
Penjualan bersih yang disesuaikan untuk divisi itu juga naik 96% yoy menjadi US$ 293 juta. Pendapatan dari lini ini meningkat menjadi US$ 53 juta.
Lalu GMV GrabMart meningkat 21% kuartal ke kuartal (qtoq) dibandingkan Q4 2020. Nilainya 36 kali lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama 2020.
Grab optimistis pertumbuhan bisnis GrabFood akan berlanjut tahun ini. “Kami sangat yakin bahwa momentum pertumbuhan akan terus berlanjut,” kata Kepala Pengiriman Regional di Grab Demi Yu saat wawancara dengan Forbes Asia melalui Zoom, dikutip Kamis (19/8).
Ia optimistis karena penetrasi layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara masih rendah yakni 11%, dibandingkan Cina dan Amerika Serikat (AS) 21%. Yu menilai, ada banyak ruang untuk tumbuh di kawasan ini.
Apalagi konsumen semakin beralih ke pesan-antar makanan dan belanja online selama pandemi Covid-19. “Pandemi corona benar-benar mempercepat pertumbuhan pengiriman makanan,” kata Yu.