Berkah E-commerce, 5 Startup Logistik Dapat Investasi Sejak Awal 2019

Desy Setyowati
9 Agustus 2019, 20:25
Investasi startup logistik
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Ilustrasi, pekerja memilah paket barang di gudang logistik TIKI di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Lima startup logistik dapat pendanaan sejak awal tahun ini.

(Baca: Tokopedia Dikabarkan Investasi di Dua Perusahaan Logistik)

Selain AllSome Fulfillment, The Lorry merupakan startup logistik asal Malaysia yang berencana masuk ke Indonesia. Perusahaan ini didukung oleh Unilever, sebagai investor. Perusahaan itu memiliki ekuitas dalam bentuk saham preferen di TheLorry.

Head of Supply Chain and Manufacturing Southeast Asia, Australasia and Head of Global Logistics Unilever Olivier Carnet mengatakan, perusahaan sudah mempelajari model logistik yang digarap TheLorry sejak 2017. “Kami mengumumkan fase selanjutnya dari kolaborasi ini, karena kami mendukung ekspansi TheLorry di seluruh kawasan,” katanya dikutip dari DealStreetAsia, beberapa waktu lalu (16/4).

Lewat kesepakatan ini, TheLorry terhubung dengan proses distribusi produk-produk Unilever. Keduanya pun sudah menjalankan kemitraan uji coba di Malaysia. Selama masa percobaan itu, TheLorry menyelesaikan 620 pengiriman dalam waktu dua bulan.

Bahkan, perusahaan e-commerce seperti Tokopedia turut berpartisipasi dalam mendanai startup logistik. Salah satu unicorn itu dikabarkan menanamkan modalnya di dua perusahaan rintisan.

Vice President of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak mengatakan, perusahaannya memang tengah fokus meningkatkan layanan pengiriman barang, terutama bagi mitra penjualnya. “Tetapi bukan menjadi penyedia logistik langsung, namun dengan bermitra,” katanya kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (29/7).

Saat ini, Tokopedia sudah menggandeng 11 penyedia logistik di Tanah Air. “Kemitraan itu termasuk dalam bentuk investasi minoritas sehingga dapat bertumbuh bersama jaringan mitra Tokopedia secara strategis,” kata dia.

(Baca: Aktivitas Belanja e-Commerce Meningkat, Startup Logistik Kian Menjamur)

Chief Economist and Asia Managing Director Economist Intelligence Unit (EIU) Simon Baptist sempat menyampaikan, ada empat hal yang membuat Indonesia menjadi pasar menarik untuk menjajakan barang secara online. Pertama, EIU memperkirakan, konsumsi masyarakat Indonesia rata-rata naik 5,4% per tahun.

Alhasil, konsumsi rumah tangga Indonesia diperkirakan mencapai US$ 1,3 triliun atau Rp 19.500 triliun pada 2030 nanti. "Penjualan retail naik rerata 10% per tahun hingga 2022,"  kata dia, akhir tahun lalu (1/11).

Kedua, pendapatan masyarakat kelas menengah Indonesia diperkirakan naik dari US$ 7.210 atau Rp 108,2 juta per tahun pada 2017 menjadi US$  19 ribu atau Rp 285 juta pada 2030. Selain DKI Jakarta, pendapatan penduduk di tiga kota lainnya yakni Bandung, Surabaya, dan Medan merupakan yang terbesar di Indonesia pada 2030 nanti.

Ketiga, setengah dari penduduk Indonesia terpapar internet. Namun hanya 40% masyarakat Indonesia yang memiliki akun perbankan (bankable). Ini menjadi peluang bagi e-commerce untuk menyediakan layanan bayar di tempat (cash on delivery/COD). 

Keempat, suplai produk untuk dijual di e-commerce cukup besar. Apalagi, Indonesia memiliki 60 juta UMKM. Hanya, perlu dukungan dari pemerintah agar UMKM mau memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas dan penjualan. "Hanya 10% UMKM uang memakai teknologi dan 15% yang memiliki channel online di Indonesia," katanya.

(Baca: Berkat Infrastruktur, Paxel Bisa Kirim Barang Antar-Kota dalam Sehari)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...