Google, Facebook dan Microsoft Kolaborasi Berantas Pelecehan Seksual

Cindy Mutia Annur
12 Juni 2020, 12:04
Ilustrasi, aplikasi Facebook Mobile. Google, Facebook dan Microsoft berkolaborasi memberantas pelecehan seksual online terhadap anak-anak.
Katadata
Ilustrasi, aplikasi Facebook Mobile. Google, Facebook dan Microsoft berkolaborasi memberantas pelecehan seksual online terhadap anak-anak.

Kedua, mengadakan forum tahunan dengan pemerintah, penegak hukum, dan pemangku kepentingan lainnya, serta acara berkala. Ketiga, mendanai penelitian independen ke dalam tren seputar eksploitasi anak online dan langkah-langkah untuk mencegahnya.

Keempat, membuat sistem baru dan mengembangkan yang sudah ada untuk berbagi informasi dan ancaman di seluruh industri. Kelima, membagikan wawasan tentang pelaporan pelecehan seksual anak, dan bentuk proses bagi perusahaan untuk membandingkan kemajuan mereka.

Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg mengatakan, rencana itu yang diberi nama "Project Protect" ini merupakan kolaborasi menggabungkan pikiran paling cerdas dari seluruh industri teknologi, untuk mengatasi masalah serius yang tidak dapat diselesaikan oleh perusahaan mana pun.

Pelecehan seksual terhadap anak-anak secara online termasuk dalam kejahatan serius di beberapa negara. Inggris misalnya, telah memperkenalkan Undang-undang (UU) baru untuk menangani konten-konten yang berbahaya, termasuk eksploitasi anak dan terorisme.

Selain itu, ada kekhawatiran pandemi corona dan tindakan penguncian yang dihasilkan telah meningkatkan risiko pelecehan seksual anak yang menyebar secara online. Pada 20 Mei, badan amal Internet Watch Foundation mengatakan, ada 8,8 juta upaya mengakses gambar dan video anak-anak yang menderita pelecehan seksual selama penutupan di negara itu.

Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel menyambut bai gerakan terbaru dari Koalisi Teknologi. Dia memberi label pelecehan seksual anak secara online sebagai hal yang 'memuakkan'. "Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak bekerja sama untuk memberantas kejahatan ini.

"Perusahaan teknologi perlu bekerja dengan cepat dan melangkah lebih jauh untuk mengatasi masalah kritis yang dapat membuat anak-anak rentan terhadap predator online," ujarnya.

(Baca: Cegah Hoaks, Pengguna Twitter Tak Bisa Retweet Sebelum Baca Konten)

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...