Imbas Perang Dagang, Huawei Dekati Pemerintah RI untuk Masuk Pasar 5G

Fahmi Ahmad Burhan
4 Desember 2020, 19:53
Incar Pasar 5G Asia Tenggara, Huawei Gencar Gaet Pemerintah Indonesia
123RF.com
Ilustrasi Huawei

Akan tetapi, sumber yang dekat dengan induk Telkomsel, Telkom mengatakan bahwa solusi 5G dari Huawei lebih murah 20%-30%. "Kualitasnya juga lebih baik jika dibandingkan dengan peralatan dari Nokia dan Ericsson," kata sumber dikutip dari Asia Nikkei Review.

Selain Indonesia, raksasa teknologi itu memperkuat pasar di regional. "Asia Tenggara telah dan akan tetap menjadi pasar penting bagi Huawei," kata Principal Analyst Mobile Infrastructure di Omdia Remy Pascal.

Di Singapura, Nokia dan Ericsson mengalahkan Huawei. Singapore Telecommunications (Singtel) mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Ericsson Swedia.

Sedangkan perusahaan patungan milik Starhub dan M1 memilih Nokia sebagai mitra untuk membangun jaringan 5G. Kedua perusahaan akan membangun jaringan 5G yang ditarget selesai pada awal 2021.

Meski begitu, Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran memang mengatakan bahwa pemerintah tak mencegah Huawei untuk berpartisipasi. “Jika Anda melihatnya murni berdasarkan hasilnya, sangat jelas (alasannya),” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, Juni lalu (25/6).

Juru bicara Huawei menyampaikan, perusahaan akan membangun rekam jejak 5G di negeri jiran. “Kami akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan membantu Singapura untuk terus bersaing secara global,” kata kepada Nikkei Asian Review, dikutip dari Kr-Asia, Juli lalu (20/7).

Di Asia Tenggara, Huawei bekerja sama dengan AIS di Thailand. Perusahaan asal Negeri Panda ini juga bermitra dengan Maxis Malaysia.

Lalu, perusahaan bekerja sama dengan Globe Telecom untuk layanan percontohan 5G di Filipina. Begitu pun di Kamboja.

Selain itu, Huawei mengungguli para pesaingnya di pasar Afrika. “Perusahaan sudah beroperasi di hampir setiap tingkat penyediaan internet di benua itu, mulai dari memasang kabel bawah laut hingga menjual perangkat seperti ponsel", kata pakar hubungan Tiongkok-Afrika di Institut Urusan Internasional Afrika Selatan di Johannesburg, Cobus van Staden dikutip dari Financial Times, Oktober lalu (6/10).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...