Raksasa Cloud Dunia di Balik Peluang Besar RI Jadi Hub Pusat Data Asia

Desy Setyowati
10 Februari 2021, 16:05
Lonjakan Adopsi Cloud dan Peluang Indonesia Jadi Hub Pusat Data Asia
123RF.com/Sergey Nivens
Ilustrasi

Beberapa klian Google Cloud di Indonesia yakni Blue Bird, Link Net, Semen Indonesia, Tokopedia, BRI, XL Axiata, Gojek, Unilever, dan Ticket.com.

Peluang Indonesia Menjadi Hub Pusat Data di Asia

Meningkatnya kebutuhan solusi cloud mendorong raksasa teknologi global masuk Indonesia. Google Cloud sudah hadir di Tanah Air pada Juni tahun lalu.

Alibaba Cloud bahkan sudah membangun tiga pusat data di Tanah Air. Anak usaha Alibaba itu juga berencana mengoperasikan data scrubbing center pertama di Indonesia.

Fasilitas itu akan mendeteksi, menganalisis, dan menghapus volume traffic yang besar dan berbahaya pada tingkat Tbps. “Ini untuk bertahan dari serangan Distributed Denial of Service DDoS, terutama pada bisnis finansial dan gim,” kata General Manager, Alibaba Cloud Intelligence Indonesia Leon Chen kepada Katadata.co.id, Desember lalu (8/12/2020).

Ketika disinggung mengenai peluang Indonesia menjadi hub pusat data di Asia, Leon menyampaikan bahwa potensi bisnis di Tanah Air besar. “Potensinya besar. Maka, kami hadir,” kata dia. Namun, menurutnya adopsi komputasi awan di Nusantara tergolong baru.

Pertanyaan itu mengacu pada pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ia mengklaim bahwa Google Cloud meminta Indonesia untuk menjadi hub pusat data di Asia.

“Tadi pagi saya berbicara dengan Google Cloud. Mereka akan minta Indonesia menjadi hub Google Cloud di Asia. Saya kira ini permintaan yang sangat wajar,” kata Luhut dalam webinar bertema ‘Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI)’, Juni tahun lalu (23/6/2020).

Katadata.co.id mengonfirmasi hal itu kepada CEO Google Cloud Thomas Kurian. Ia enggan berkomentar. Namun, dia menjelaskan bahwa pasar Indonesia memang potensial.

“Itu karena (hal-hal) yang menjanjikan di Indonesia dan ekonomi digital yang kami lihat berkembang pesat, kami menyediakan infrastruktur digital untuk menyatukan antarpulau,” kata Kurian saat round table VIP Next On Air, Juli tahun lalu (16/7/2020).

Hal senada juga disampaikan oleh CEO Google Sundar Pichai. “Indonesia merupakan salah satu negara paling kreatif, dinamis, dan berjiwa entrepreneur di Asia Tenggara,” katanya saat meluncurkan Google Cloud Region di Jakarta, medio tahun lalu (24/6/2020).

Pichai menilai, ekonomi digital di Indonesia berkembang paling cepat di regional. “Dan terus tumbuh di atas 40% setiap tahunnya,” kata dia.

Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor
Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor (Google, Temasek, dan Bain and Company: e-Conomy 2020)

Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) Amazon Web Service (AWS) pun membangun pusat data (data center) di Jawa Barat, Indonesia. Fasilitas ini ditarget rampung tahun ini.

Anak usaha Amazon itu menilai, Nusantara merupakan pasar potensial karena ada banyak startup dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Ini potensial bagi bisnis komputasi awan (cloud)," kata Head of Solutions Architect, ASEAN AWS Paul Chen dalam AWS Media Briefing ‘Prediksi Cloud dan Inovasi Teknologi Digital 2021’, pekan lalu (1/2).

Laporan The Future of Fintech in Southeast Asia oleh Dealroom, Finch Capital, dan MDI Ventures pada September 2020, Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang mempunyai ekosistem startup teknologi paling bernilai di Asia Tenggara. Secara rinci dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Indonesia juga memiliki empat unicorn yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, satu decacorn yaitu Gojek.

Selain startup, Amazon memprediksi ada banyak  UMKM yang mengadopsi cloud pada tahun ini. Sebab, pelaku usaha beralih ke digital selama masa pandemi corona.

"Di Indonesia, UMKM menyumbang 99% dari bisnis di beberapa sektor kunci, terutama pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Paul. "Penetrasi online di Indonesia juga sudah termasuk yang tertinggi di dunia."

Jumlah UMKM di Indonesia dapat dilihat pada Databoks berikut:

Namun, Country Manager Partner Ecosystem IBM Indonesia Novan Adian menilai bahwa tantangan Indonesia untuk menjadi pusat data di Asia yakni infrastruktur. “Keandalan infrastrukturnya perlu dibenahi,” kata dia. “Banyak perusahaan yang menggaet konsumen di Tanah Air tetapi tidak menempatkan pusat datanya di sini. Itu karena mereka tahu infrastrukturnya tak mendukung.”

Sedangkan Country Manager NetApp Indonesia Ana Sopia menilai, tantangan bisnis pusat data di Tanah Air yakni regulasi. “Peraturan yang berubah-ubah bisa menghambat,” kata dia dalam diskusi bertajuk ‘Tren Teknologi Disruptif bagi Bisnis untuk Tetap Unggul di Era Digital’ di Jakarta, Maret tahun lalu (12/3/2020). Selain itu, mereka mengharapkan iklim usaha yang stabil.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...