Potensi Clubhouse Menyaingi Facebook, Podcast hingga TikTok

Desy Setyowati
18 Februari 2021, 16:15
Kans Clubhouse Tetap Populer Lewat Eksklusivitas dan Percakapan Audio
Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi Clubhouse

Data-data yang dikirimkan berupa nomor ID pengguna. "Dari data itu, bisa dilihat siapa berbicara dengan siapa," kata SIO dikutip dari The Verge, Minggu lalu (14/2).

Namun, Agora menegaskan tidak memiliki akses untuk membagikan atau menyimpan data pengguna akhir Clubhouse. Perusahaan juga membantah bahwa lalu lintas data suara pengguna di luar negeri dialihkan ke Tiongkok. 

Meski begitu, Clubhouse menambahkan enkripsi dan pemblokiran untuk mencegah klien mengirim data ke server Tiongkok. Pengembang juga menyewa perusahaan keamanan eksternal untuk meninjau dan memvalidasi pembaruan aplikasi.

Selain itu, Clubhouse disorot soal konten pelecehan dan rasisme. Perusahaan mengatakan tengah bekerja untuk meningkatkan penemuan konten dan keamanan pengguna untuk mengatasi persoalan tersebut.

CEO startup anti-pelecehan Block Party, Tracy Chou menilai audio lebih sulit untuk moderat dibandingkan teks atau gambar. Ini meningkatkan kekhawatiran tentang bagaimana Clubhouse dan platform berbasis audio lainnya digunakan untuk menyebarkan konten pelecehan.

“Pertumbuhan mereka (Clubhouse) sangat cepat dan tidak membangun semua (langkah) perlindungan,” kata Tracy dikutip dari The Wall Street Journal, Kamis (18/2).

Tantangan lainnya yakni tingginya peminat video pendek. Laporan terbaru Ericsson menunjukkan, pengguna internet dunia akan mengonsumsi lebih dari setengah triliun gigabyte data seluler selama 2020. Sekitar dua pertiga di antaranya untuk streaming dan mengunduh konten video.

Sebagai gambaran, disket yang dibutuhkan untuk menyimpan semua data tersebut, jika disejajarkan maka panjangnya dari matahari hingga jupiter.

Jenis konten dan kategori aplikasi yang paling banyak digunakan pada awal 2020
Jenis konten dan kategori aplikasi yang paling banyak digunakan pada awal 2020 (We Are Social)

Data GlobalWebIndex juga menunjukkan, 90% pengguna internet berusia 16-64 tahun menonton video online setiap bulan. Jumlahnya separuh lebih dari total populasi dunia.

Begitu juga di Indonesia. Itu membuat YouTube dan TikTok populer di Tanah Air, sebagaimana Databoks di bawah ini:

Beda Monetisasi Clubhouse dan TikTok

Selama ini, media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok mengandalkan algoritme untuk monetisasi. Mesin pembelajar TiikTok misalnya, mempelajari video yang menarik bari pengguna.

Algoritme itu juga mengevaluasi klip video mulai dari konten, kecepatan, suara, warna, kata, dan lainnya. Hasil analisisnya dapat memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan masing-masing pengguna.

Hal itu juga memungkinkan TikTok menawarkan iklan yang sesuai kepada pengguna.

Sedangkan Clubhouse hanya memproses data suara. Ini berbeda dengan media sosial lain yang mengolah data teks, gambar, dan video untuk dipelajari.

Meski begitu, konten-konten eksklusif pada Clubhouse dinilai dapat dimonetisasi. “Misalnya, dengan mengambil komisi dari biaya masuk ruang obrolan, mirip Twitch milik Amazon.com Inc,” kata kolumnis bidang teknologi di Bloomberg, Tae Kim.

Selain itu, sistem Clubhouse yang berbasis audio-chat dan mewajibkan pengguna mendaftar dengan nama lengkap mempersulit masuknya akun robot. Ini diincar oleh banyak pemilik merek (brand).

Clubhouse juga berbeda dengan podcast, karena pengguna dapat mengajukan pertanyaan atau berinteraksi. “Semua faktor ini sangat penting (bagi brand),” demikian dikutip dari FinancialBrand.

Dengan potensi monetisasi tersebut, Twitter dan Facebook pun berencana meluncurkan fitur audio-chat yang mirip dengan Clubhouse. Twitter sebenarnya sudah mengembangkan ‘tools’ seperti ini bernama Spaces sejak akhir tahun lalu.

Spaces memungkinkan pengguna berbagi klip audio lewat cuitan dan pesan langsung atau direct message (DM). Undangan untuk ruang obrolan diberikan lewat DM atau tautan.

Twitter mengatakan, fitur itu sedang diuji coba.

Facebook juga mengembangkan fitur serupa. “Eksekutif Facebook telah memerintahkan karyawan untuk membuat produk serupa,” kata sumber dikutip dari New York Times, pekan lalu (10/2).

Produk sedang dalam tahap pengembangan paling awal. "Kami telah menghubungkan orang-orang melalui teknologi audio dan video selama bertahun-tahun dan selalu mencari cara baru untuk meningkatkan pengalaman itu bagi orang-orang," kata juru bicara Facebook Emilie Haskell.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...