Microsoft Target Bangun 100 Pusat Data Ramah Lingkungan per Tahun
Microsoft membangun sekitar 50 sampai 100 pusat data baru setiap tahun. Namun raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) ini bakal menerapkan konsep ramah lingkungan guna mencapai target menghilangkan karbon di semua lini bisnis pada 2050.
Distinguished Engineer Dan VP of Datacenter Advanced Development Microsoft Christian Belady mengatakan, perusahaan mengurangi bahan karbon 30% - 60% di pusat data. Ini bagian dari komitmen untuk menjadi perusahaan carbon-negatif pada 2030.
"Kami mengeksplorasi material rendah karbon yang dapat mengurangi emisi karbon," kata Christian dalam wawancara terbatas dengan wartawan, Rabu (27/10).
Microsoft juga mengandalkan operasional bisnis berbasis daur ulang. Oleh karena itu, perusahaan membangun pusat daur ulang atau Microsoft Circular Center, yang berfungsi sebagai tempat penyortiran bagian server yang dapat digunakan kembali.
Apabila bisa digunakan kembali atau dijual, maka Microsoft tidak akan memproduksi baru bagian-bagian server tersebut.
Pusat daur ulang saat ini baru tersedia di Amsterdam. Microsoft berencana membangun di Boydton, Dublin, Chicago, dan Singapura selama tahun fiskal 2022. "Ini bertujuan nol limbah," kata Christian.
Kemudian, Microsoft berupaya mengurangi penggunaan air dalam operasi pusat data. Perusahaan menargetkan pengurangan air hingga 95% pada 2024.
"Air merupakan sumber daya penting. Dalam faktor operasional kerja seperti untuk pendinginan, kami ingin mengurangi penggunaan air," kata CVP of Cloud Operations & Innovation Microsoft Noelle Walsh.
Perusahaan juga menjalankan pendekatan baru untuk manajemen suhu di pusat data. Ini memungkinkan pengurangan penggunaan air untuk pendinginan di tempat-tempat seperti Amsterdam, Dublin, Virginia, dan Chicago.
Microsoft juga berencana mengubah ekosistem geografis di sekitar pusat data. Raksasa teknologi ini akan memulihkan kawasan hutan terdekat dengan pusat data untuk mencegah perubahan iklim.
Chief Environmental Officer Lucas Joppa menyatakan, Microsoft berfokus pada lingkungan dan iklim dunia karena ingin menjadi perusahaan berkelanjutan. "Industri teknologi khususnya, memiliki bagian integral untuk dimainkan dalam pekerjaan menjaga lingkungan," katanya.
Selain itu, potensi pasar ekonomi hijau besar. Berbagai negara juga menggencarkan kebijakan nol emisi.
Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan komitmen berbagai negara untuk memangkas emisi karbon global membutuhkan peningkatan investasi besar dalam dua dekade ke depan. Ini menjadi peluang bagi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
"Pergeseran ke energi terbarukan, jaringan listrik baru, efisiensi energi, mobilitas rendah karbon menawarkan peluang investasi yang besar," ujar Direktur Eksekutif IMF Kristalina Georgieva dalam pertemuan dengan para menteri negara anggota G20 akhir pekan lalu, dikutip dari laman resmi IMF, pada Juli (13/7).
Selain Microsoft, sejumlah perusahaan teknologi global gencar menyasar pasar ekonomi. Amazon misalnya, meluncurkan modal ventura guna mendukung teknologi berbasis lingkungan dengan menggelontorkan dana US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,2 triliun. Ini merupakan bagian dari Ikrar Iklim Amazon atau Amazon’s Climate Pledge, yang diumumkan tahun lalu.
Perusahaan telah berkomitmen memenuhi tujuan dari perjanjian iklim Paris yakni mendukung nol karbon pada 2040. Climate Pledge Fund berinvestasi di perusahaan-perusahaan di sejumlah industri, termasuk transportasi dan logistik, pembangkit energi, manufaktur dan pangan dan pertanian.
Kemudian, Google membuat komitmen lingkungan yakni penggunaan energy bebas karbon pada 2030. Google telah mengandalkan energi bebas karbon, salah satunya pada pusat data.