Hampir 3 Tahun Diblokir AS, Pendapatan Huawei Anjlok 32%
Pendapatan Huawei anjlok 32% secara tahunan (year on year/yoy) per kuartal III. Ini karena bisnis ponsel pintar (smartphone) tertekan sanksi Amerika Serikat (AS) sejak awal 2019.
Raksasa teknologi asal Cina itu mencatatkan pendapatan 455,8 miliar yuan atau US$ 71,32 miliar sejak awal tahun. Angkanya turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu 671,3 miliar yuan atau US$ 104 miliar.
"Pendapatan Huawei tahun ini hampir sepertiga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu," demikian dikutip dari Gizchina, akhir pekan lalu (30/10).
Sedangkan selama kuartal III saja, penghasilan Huawei anjlok 38% yoy menjadi 135,4 miliar yuan atau US$ 21,16 miliar.
Meski begitu, pertumbuhan laba bersih Huawei meningkat dari 8% tahun lalu menjadi 10,2% pada kuartal III 2021.
Pendapatan Huawei anjlok karena bisnis ponsel terus merosot. Berdasarkan data Counterpoint, penjualan gawai produsen asal Cina itu turun 77% yoy pada kuartal III.
Pangsa pasar Huawei pun hanya 6% di Cina dan menempati peringkat enam. Padahal, raksasa teknologi ini pernah menguasai pasar gadget di Tiongkok.
Secara global, Huawei terlempar dari posisi lima besar di bisnis ponsel. Perusahaan hanya mengirimkan 18,6 juta unit pada kuartal pertama tahun ini.
Pada Januari, lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei menjadi ketujuh tahun ini. Artinya raksasa teknologi Cina itu diprediksi kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme.
Bisnis ponsel Huawei tertekan oleh kebijakan AS pada masa pemerintahan Donald Trump. Huawei masuk dalam daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS sejak awal 2019.
Alhasil, gawai buatan raksasa teknologi ini tak didukung oleh Android dari Google. Selain itu, tidak memuat layanan seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.
Meski begitu, Rotating Chairman Huawei Guo Ping menyampaikan bahwa perusahaan tidak akan menyerah untuk bersaing dengan Apple, Xiaomi, dan bahkan Samsung di bisnis ponsel.
“Huawei akan terus eksis di bisnis ponsel dan dengan kemajuan berkelanjutan dalam produksi cip (chipset), takhta smartphone pada akhirnya akan kembali,” kata Guo dalam transkrip tanya jawab dengan pegawai, dikutip dari Reuters, pada Agustus (18/8).
Guo Ping menyatakan bahwa sanksi AS itu justru mendorong Huawei meningkatkan kemampuan merancang cip. Sedangkan cip langka setelah AS memblokir beberapa produsen asal Tiongkok, termasuk SMIC.
"Semua orang tahu bahwa cip ponsel membutuhkan teknologi canggih dalam ukuran kecil dengan konsumsi daya rendah. Huawei dapat mendesainnya, tetapi tidak ada yang dapat membantu kami membuatnya. Kami terjebak," kata Guo.