Potensi Pasar Kesehatan Digital Asia Diramal Rp 1.434 Triliun
Potensi pasar bisnis kesehatan digital Asia diperkirakan US$ 100 miliar atau Rp 1.434 triliun pada 2025. Korporasi dan startup di sektor ini pun masif mengadopsi teknologi digital seperti 5G hingga kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) selama pandemi Covid-19.
Head of APAC 5G Industry Community GSMA Terence Wong mengatakan, negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand gencar mengadopsi layanan telemedicine pada awal pandemi Covid-19.
"Ini menjadi digitalisasi paling kuat. Seperti yang terjadi di Indonesia dan Malaysia," kata Wong dalam webinar APAC 5G Industry Community Series Events, Kamis (17/2).
Menurutnya, platform telemedicine menjadi tren di Asia Tenggara. Di Indonesia misalnya ada Halodoc. Lalu Doctoroncall di Malaysia, MyDoc Singapura, Medgate Filipina, dan Raksa Thailand.
Seiring berkembangnya pasar, penerapan teknologi lainnya kian masif diadopsi. "Sektor kesehatan mulai mengadopsi 5G karena kecepatan dan latensi yang sangat rendah," katanya.
Teknologi 5G memungkinkan sektor kesehatan menerapkan otomatisasi. Ini bisa diaplikasikan dalam mengelola perawatan melalui pemantauan secara real-time dan akses cepat atas data kesehatan pasien.
"Sektor kesehatan juga mulai melakukan pemantauan dengan AI," katanya. AI bisa diterapkan untuk diagnosis, pengembangan protokol kesehatan hingga pengobatan yang dipersonalisasi.
Startup kesehatan di Thailand, Meticuly memanfaatkan AI untuk pengembangan implan tulang yang dipersonalisasi.
Negara-negara di Asia Tenggara gencar mendigitalisasi sektor kesehatan seiring dengan besarnya potensi pasar.
Laporan McKinsey memproyeksikan, pasar kesehatan digital di Asia Rp 1.434 triliun pada 2025. Tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 21% sejak 2020.
Hasil riset itu menjelaskan bahwa negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan Vietnam merupakan pasar dengan potensi yang baik.
Sedangkan pertumbuhan kebutuhan akan layanan kesehatan di Asia Tenggara diperkirakan akan meningkat 75% selama 2020 - 2025.
Di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memperkirakan bahwa sektor kesehatan akan gencar menggunakan teknologi pasca-pandemi corona. "Saya pelajari, sektor kesehatan ke depan akan dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi big data, IoT hingga AI,” kata Budi dalam acara FB@UNGA’s bertajuk ‘The Role of Tech in the Global Recovery’, tahun lalu (21/9/2021).
Budi menyampaikan, pemerintah sudah memanfaatkan sejumlah teknologi kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19. Salah satunya, melibatkan 11 startup kesehatan untuk menyediakan layanan telemedicine hingga pengiriman obat bagi pasien positif virus corona.
Platform yang digaet yakni Alodokter, Getwell, Good Doctor, Halodoc, KlikDokter, KlinikGo, Link Sehat, Milvik Dokter, ProSehat, SehatQ, dan YesDok. "Saat pasien menjalani isolasi mandiri, mereka bisa konsultasi," kata Budi.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga menggunakan aplikasi PeduliLindungi untuk mendorong vaksinasi Covid-19. Kemenkes bekerja sama dengan swasta, kementerian dan lembaga (K/L) untuk mewajibkan vaksinasi corona jika ingin mengakses layanan.
Selain itu, Kemenkes memanfaatkan fungsi platform teknologi seperti WhatsApp untuk melakukan registrasi bagi penerima vaksinasi Covid-19. Ada robot percapakapan (chatbot) WhatsApp yang memberikan informasi seputar vaksinasi.
"WhatsApp memiliki banyak pengguna di Indonesia, jadi kami memanfaatkan itu untuk penanganan kesehatan," ujarnya.