Toto Sugiri Sebut Indonesia Punya Keunggulan Bisnis Data Center tapi Kalah Gesit

Ringkasan
- Indonesia unggul dalam bisnis pusat data dengan ketersediaan energi terbarukan, pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara, dan harga listrik yang murah.
- Indonesia tertinggal dari Malaysia dan Thailand dalam investasi asing di bidang pusat data karena kalah gesit dalam kemudahan berusaha dan transparansi program.
- Pemerintah perlu menyederhanakan proses pengajuan insentif pajak dan memperjelas program investasi untuk menarik investor asing ke Indonesia.

CEO DCI Indonesia Otto Toto Sugiri menyebutkan Indonesia memiliki sejumlah keunggulan di bisnis pusat data atau data center. Akan tetapi, Indonesia kalah gesit, sehingga disalip oleh Malaysia dan Thailand.
Pria yang dijuluki ‘Bill Gates Indonesia’ itu menyebutkan Indonesia memiliki ketersediaan energi terbarukan dan pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara. Penggunaan data masyarakat Tanah Air mencapai 40% dari total di kawasan.
Harga listrik di Indonesia juga merupakan yang termurah di Asia Tenggara yakni 7 sen per kilowatt atau kWh. Sementara itu, Malaysia 12 sen dan Singapura 30 sen per kWh.
“Indonesia mempunyai peluang besar, tetapi terlambat bergerak,” kata Toto dalam acara IDE Katadata: Data for Growth pada sesi ‘Data Centers to Support 8% Economic Growth’ di Hotel St Regis, Jakarta, Selasa (18/2).
Menurut dia, Indonesia sejak dulu memiliki Sumber Daya Alam atau SDA yang besar, tetapi tidak bisa mengambil nilai tambah yang paling besar. Baru beberapa tahun belakangan pemerintah menerapkan kebijakan hilirisasi.
“Ketertinggalan itu karena Indonesia kalah gesit,” Toto menambahkan. “Lalu disusul cepat oleh hanya Johor Bahru, bukan Malaysia. Thailand juga mulai mengejar.”
Ia mencatat investasi raksasa teknologi global ke Johor Bahru meningkat dengan masuknya Google, Nvidia hingga Microsoft.
Menurut dia, Malaysia dan Thailand juga meniru konsep Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Indonesia. “Mereka mencontek dan mendapatkan investasi,” ujar dia.
Malaysia dan Singapura bekerja sama membangun zona ekonomi khusus Johor - Singapura atau Johor-Singapore Special Economic Zone (JS-SEZ) pada 7 Januari. Kedua negara memberikan berbagai insentif perpajakan untuk menarik investor baru ke KEK Johor, di antaranya:
- Tarif khusus pajak bagi perusahaan yang melakukan investasi baru di KEK Johor dalam aktivitas manufaktur dan jasa yang memenuhi syarat. Bidang yang mendapat insentif pajak yakni: kecerdasan buatan (AI) dan kuantum komputasi, peralatan medis, layanan kedirgantaraan dan hub global, berkesempatan menikmati tarif pajak khusus 5% untuk jangka waktu hingga 15 tahun.
- Insentif tambahan diberikan bagi usaha yang beroperasi pada wilayah unggulan yang telah ditentukan dalam JS-SEZ.
- Tarif pajak khusus untuk pekerja dengan keahlian khusus. Tarif pajak khusus tersebut diberikan sebesar 15 persen untuk jangka waktu 10 tahun dialokasikan untuk pekerja yang memenuhi syarat di JS-SEZ itu.
Secara keseluruhan, menurut dia ada dua hal yang membuat Indonesia kalah gesit dibandingkan negara tetangga dalam menggaet investasi asing di bidang pusat data, yakni ease of doing business dan program yang transparan.
Otto Toto Sugiri mencontohkan proses pengajuan insentif pajak yang sulit jika ingin berinvestasi data center 1 GW atau Gigawatt. “Perusahaan asing frustasi. Jadi mahal ongkosnya. Kalau semua proses itu lewat satu pintu dan lancar, semua akan masuk,” katanya.