Deforestasi RI Capai 4,5 Juta Ha, Nikel Salah Satu Penyebab Terbesar

Ringkasan
- WALHI menyebutkan terjadi deforestasi seluas 4,5 juta hektare di Indonesia selama sembilan tahun terakhir, yang bertentangan dengan klaim pemerintah tentang penurunan deforestasi tahunan.
- Uli Arta Siagian dari WALHI menilai bahwa penurunan izin alih fungsi hutan selama era Presiden Joko Widodo, yang mencapai 1,4 juta hektare dari 190 izin, tidak menunjukkan upaya pemerintah yang kuat dalam mencegah deforestasi. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan hutan yang tersedia di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
- Peningkatan deforestasi saat ini didorong oleh eksploitasi nikel yang merusak hutan di beberapa wilayah di Sulawesi dan Maluku, serta adanya tren peningkatan deforestasi di Papua akibat pemberian izin penggunaan hutan ke wilayah timur.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan 4,5 juta hektare (ha) hutan di Indonesia mengalami deforestasi selama sembilan tahun terakhir, atau 2013-2022. Di sisi lain, pemerintah mengklaim angka deforestasi terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi, Uli Arta Siagian mengatakan tidak tepat jika angka deforestasi alami penurunan seperti klaim pemerintah.
Uli mengakui jika total luas kawasan hutan yang diizinkan untuk dialihfungsikan selama era Presiden Joko Widodo lebih kecil dibandingkan rezim sebelumnya. Selama era Jokowi, izin alih fungsi hutan mencapai 190 izin dengan luas 1,4 juta hektare.
Namun, dia mengatakan, hal itu bukan karena adanya upaya yang kuat dari pemerintahan Jokowi untuk mencegah deforestasi hutan. Penurunan deforestasi lebih disebabkan karena hutan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan sudah habis.
“Betul kalau dibandingkan dengan presiden sebelumnya itu lebih sedikit, tapi bukan karena adanya upaya kuat dari pemerintah untuk menjaga hutan,” ujar Uli dalam agenda diskusi terkait Jejak Kejahatan Ekologis Tiga Koalisi Capres, di Kantor Walhi, Jakarta Selatan, Senin (12/2).
Uli mengatakan, peningkatan deforestasi saat ini paling banyak disebabkan oleh nikel. Operasi nikel ini telah merusak hutan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Tengah. Kondisi tersebut menyebabkan deforestasi di Sulawesi dan Maluku mengalami peningkatan.
Walhi juga mencatat saat ini juga terjadi peningkatan deforestasi di Papua. Hal ini karena terjadi tren pemberian izin penggunaan hutan yang mengarah ke wilayah timur.
Pemerintah Klaim Deforestasi Turun
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kegutanan mencatat deforestasi Indonesia mencapai 4,56 juta ha pada 2013-2022. Deforestasi tersebut mecapai titik terendah pada 2022 yaitu 104 ribu ha,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, mengatakan angka deforestasi mengalami fluktuasi setiap tahunnya selama satu dekade terakhir. Deforestasi tertinggi terjadi pada 2015 yang mencapai 1,09 juta ha. Hal itu disebabkan El Nino besar.
Berikut rincian angka deforestasi berdasarkan catatan KLHK:
- 2013 sebesar 730 ha
- 2014 seluas 400 ha
- 2015 mencapai 1,09 juta ha
- 2016 mencapai 630 ribu
- 2017 mencapai 480 ribu ha
- 2018 mencapai 440 ribu ha
- 2019 mencapai 460 ribu ha
- 2020-2021 sebesar 113,5 ribu ha
- 2022 mencapai 104 ribu ha
Sementara itu, laporan Global Forest Review dari World Resources Institute (WRI) menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak kehilangan hutan primer tropis (humid tropical primary forest) dalam dua dekade terakhir.
Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik.