Menteri ESDM: Pemanfaatan EBT Minim, Hanya 8% Dari Potensi 400 MW
(Baca: Indonesia Sulit Capai Bauran Energi 23% Meski Potensi EBT Cukup Besar)
Di sisi lain, Indonesia telah menandatangani Paris Agreement sehingga bauran energi ditargetkan mencapai 23% pada 2025. "Kita terhentak saat ikut inisiasi di Paris, dampaknya dirasakan, bagaimana perubahan iklim. Tentu saja inisiasi ini juga jadi peluang melakukan inovasi dan create bisnis baru yang terlibat masalah energi," katanya.
Di sisi lain, Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) menyebutkan perlu adanya sosok Wakil Menteri ESDM yang berfokus menangani perkembangan EBT. Hal ini diperlukan guna mendukung peningkatan dan pengembangan EBT di Indonesia lebih optimal.
"Alangkah baiknya Presiden perlu menunjuk tim penguat EBT atau Wakil Menteri ESDM yang khusus menangani EBT sehingga target bauran dapat terpenuhi," kata Ketua Umum METI Surya Darma.
Produksi EBT Indonesia sejak 2000 hingga saat ini terus meningkat. Pada 2000, produksi EBT sebesar 19.599,8 GWH. Angka tersebut meningkat 111% menjadi 41.314 GWH pada 2017.
Sementara itu, kapasitas terpasang listrik EBT pada 2010 baru 5.475,4 MW. Namun, pada 2018 kapasitas terpasang listrik EBT naik 73% menjadi 9.484 MW.
Namun, target pemanfaatan EBT dalam RUPTL 2019-2028 juga cukup tinggi. Pemerintah menargetkan bauran pembangkit listrik EBT sebesar 11,4% pada 2019 dan akan meningkat menjadi 23,2% pada 2028.
Adapun produksi listrik EBT dunia pada 2000 sebesar 2.850.585,2 GWH dan meningkat menjadi 6.190.947,8 GWH pada 2017. Sementara kapasitas terpasang energi EBT mencapai 753.949,5 MW pada 2000 kemudian meningkat menjadi 2.356.346,4 MW pada 2018. Data selengkapnya terkait produksi EBT dalam grafik Databoks berikut ini :