Pabrikan Otomotif Dunia Berlomba Kuasai Pasar Mobil Listrik 

Image title
3 Desember 2020, 18:42
mobil listrik, hyundai, tesla, gm, toyota, bmw, daimler, mercedes-benz, volkswagen, vw
hxdyl/123rf
Ilustrasi. Pabrikan otomotif dunia sedang berlomba merebut pasar mobil listrik seiring dengan program penurunan emisi karbon di banyak negara.

Kapasitasnya mencapai 50 hingga 200 kilowatt hour (kWh). Melansir dari situs resmi GM, jangkauan mobil bisa mencapai 400 mil atau sekitar 644 kilometer dengan pengisian penuh. Akselerasinya dari 0 hingga 60 mil per jam (mph) di bawah tiga detik. 

Kendaraan pertama dengan baterai baru itu adalah pick-up GMC Hummer EV. Perkiraan pelucurannya pada musim gugur tahun depan. Perusahaan memproduksi baterai ultium melalui usaha patungan senilai US$ 2,3 miliar dengan produsen asal Korea Selatan, LG Chem.

Yang melaju paling cepat di AS tentu saja Tesla. Selama sembilan bulan pertama 2020, melansir dari Bloomberg, penjualan mobil secara global mengalami penurunan. Setiap produsen otomotif terpengaruh penurunan konsumsi di tengah pandemi Covid-19, kecuali Tesla.

Produsen mobil listrik itu menjual lebih banyak produknya dari tahun-tahun sebelumnya. Tesla membukukan keuntungan kuartalan berturut-turut dan sahamnya langsung masuk dalam indeks S&P 500. Bos Tesla Elon Musk pun berhasil menggeser posisi bos Microsoft, Bill Gates, sebagai orang terkaya nomor dua dunia. 

Elektrek.co mencatat penjualan mobil listrik Tesla merupakan yang tertinggi dari kuartal pertama hingga ketiga 2020. Angkanya di 316.820 unit. Perusahaan menguasai 18% pasar dunia. Di posisi berikutnya adalah Volkswagen dengan penjualan 113.091 unit atau 6% penjualan global.

Musk saat ini sedang mengembangkan teknologi baterai yang lebih murah agar harga mobilnya pun turun. Komponen baterai berkontribusi sebesar 30% terhadap biaya kendaraan. Mayoritas pasokannya selama ini dari perusahaan baterai terbesar dunia asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). 

TESLA-CHINA/DELIVERIES
Pabrik mobil Tesla di Tiongkok.  (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)

Cara Eropa dan Asia Bersaing di Industri Mobil Listrik

Berlanjut ke Jerman, empat besar pabrikan mobilnya juga melaju di kendaraan listrik. Keempatnya adalah BMW, Daimler, Volkswagen, dan Mercedes-Benz. Kanselir Angela Merkel sedang mempertimbangkan perpanjangan pemberian insentif untuk para produsen yang akan berakhir pada Desember 2021.  

Melansir dari Nasdaq, pemerintah Jerman akan memberikan stimulus sebesar 2 miliar euro atau sekitar Rp 34,4 triliun untuk industri otomotifnya. Selain mobil listrik, bantuan ini juga untuk pengembangan teknologi tanpa pengemudi, pencetakan tiga dimensi atau 3D suku cadang kendaraan, dan pelatihan para kryawan dari 2021 hingga 2024. 

Angela menginginkan pemerintah menanggung hampir 60% biaya transisi ke kendaraan ramah lingkungan itu untuk perusahaan besar. Untuk usaha kecil dan menengah, pemerintah akan membiayai hingga 80%. 

Lalu, Inggris juga sedang serius mengkampanyekan revolusi industri hijau. Electrek.co menuliskan, Perdana Menteri Boris Johnson mengajukan rencana pelarangan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil pada 2030. Target ini lebih cepat satu dekade dari sebelumnya.

Untuk mendukung percepatan tersebut, Johnson akan memberikan insentif sebesar 1,3 miliar poundsterling atau sekitar Rp 25 triliun. Dana ini untuk pengembangan titik pengisian kendaraan listrik di rumah, jalan, dan jalan raya di seluruh Inggris.

Kemudian, sebesar 582 juta poundsterling akan berupa hibah bagi mereka yang membeli kendaraan dengan 0% emisi karbon. Tujuannya, harga mobil listrik lebih terjangkau dan banyak orang tertarik membelinya. 

Ada lagi insentif senilai 500 juta poundsterling dalam empat tahun ke depan. Alokasinya untuk pengembangan dan produksi skala massal baterai EV sebagai bagian Dana Transformasi Otomotif. 

Kembali lagi ke Asia, Tiongkok merupakan raja baterai kendaraan listrik saat ini. Negeri Manufaktur pun sedang bersiap mendominasi produk mobilnya secara global. “Tiongkok dapat menjadi pemimpin global industri ini,” kata Wakil Ketua IHS Market Yergin, dilansir dari CNBC

The Economist Intelligence Unit (EIU) memprediksi Tiongkok akan menjadi pasar terbesar mobil listrik dunia, dengan total 1,39 juta unit yang akan terjual pada tahun ini. Pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat berada di bawahnya.

Yang menarik justru Jepang. Negara yang merajai dunia dengan kendaraan berbahan bakar bensin ini malah terlihat tidak berambisi masuk ke pasar mobil listrik. Toyota, yang menjadi raja otomotif global sejak melewati penjualan GM pada 2008, justru mengambil pendekatan jauh berbeda.

Perusahaan bangga menjadi pelopor powertrain hybrid sebagai teknologi pengurangan emisi. Prius merupakan generasi pertama yang memakai sistem bahan bakar minyak plus baterai tersebut pada 1997.

Hanya dua tipe mobilnya yang memakai baterai listrik saat ini. Pertama, C-HR yang meluncur di Tiongkok pada awal tahun ini. Lalu, SUV Lexus yang rencana dirilis tahun depan. Selebihnya, Toyota tidak berencana memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai untuk pasar massal hingga 2025. 

Executive Vice President Toyota Motor Shigeki Terashi mengatakan produksi baterai listriknya tahun ini sekitar 10 ribu unit dan tahun depan 30 ribu unit. Dilansir dari Nikkei, pada 2025 target penjualannya bakal mencapai 5,5 juta unit, tapi sebagian besar masih hybrid

Toyota tak mematok target ambisius karena teknologi EV masih mahal dibandingkan tenaga bensin. Perusahaan juga berada tidak di bawah tekanan untuk mengurangi emisinya. Pasalnya, berkat produk hibrida, Toyota telah merebut posisi pembuat mobil paling ramah lingkungan.  

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...