MoU Ditandatangani, LG Chem Masuk ke Bisnis Baterai RI
Kunto mengatakan inisiasi pengembangan rantai industri baterai lithium-ion di Indonesia merupakan inisiasi yang dibangun oleh pemerintah. "Untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel nasional dan industrialisasi produk tambang hingga pembangunan ke sektor hilir," kata dia.
Hal ini merupakan langkah strategis yang saat ini dipersiapkan perusahaan untuk mewujudkan aspirasi pemerintah tersebut. Antam akan berupaya mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis.
Di sisi lain, Kunto menyatakan Antam juga memiliki portofolio nikel yang solid, serta kompetensi teknis dalam pengembangan hilirisasi produk olahan nikel. Saat ini Antam bersama MIND ID sedang melaksanakan tahap penjajakan dengan mitra-mitra strategis yang memiliki komitmen finansial yang solid, penguasaan teknologi dan proses pengolahan ekstraktif nikel baterai, serta memiliki basis pasar untuk produk baterai listrik.
Ia menyebut Antam bersama MIND ID memiliki komitmen dalam mendukung aspirasi pemerintah sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan skala bisnisnya. Pengembangan baterai nasional bersifat strategis. Permintaannya diperkirakan akan tinggi, baik dalam maupun luar negeri. Kesempatan ini akan menjadi prosspek baik bagi Antam untuk memperkuat portofolionya.
Pada 2021, Antam akan fokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir. Termasuk di dalamnya, perluasan basis cadangan dan sumber daya, menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada. Kemudian menurunkan lebih lanjut cash cost dan meningkatkan daya saing biaya, serta peningkatan kinerja bisnis inti untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Sebagai informasi, MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) berencana akan membangun pabrik baterai. Komponen utama pembuatan baterai ini salah satunya adalah nikel. Indonesia merupakan pemilik cadangan komoditas tambang itu yang terbesar di dunia.
Dalam konsorsium tersebut. Ada dua perusahaan asing yang telah menyatakan minatnya bergabung dalam bisnis ini, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea. Keduanya termasuk produsen baterai kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.
Namun, dari kedua perusahaan asing tersebut. Baru CATL yang bakal menggelontorkan investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun ke Indonesia.
CATL pun telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Antam. Perusahaan pelat merah ini akan memasok bahan baku pembuatan baterainya. Sebagai gantinya, CATL memastikan 60% proses pemurnian nikelnya, bahan baku baterai, dikerjakan di Indonesia. “Kami tidak mau mereka dapat nikel tapi prosesnya di luar negeri,” kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.