Inggris Minta Indonesia Lebih Ambisius Tekan Emisi, Tingkatkan EBT

Image title
Oleh Maesaroh
28 Oktober 2021, 18:53
EBT, Indonesia, Inggris
ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/aww.
Warga menunggangi kuda saat melintas di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (9/7/2020). Kementerian ESDM mencatat bauran energi baru dan terbarukan (EBT) telah mencapai 15 persen dari target sebesar 23 persen pada 2025.

Dalam KTT tersebut, Presiden Jokowi juga akan berpidato menjelaskan komitmen Indonesia dalam isu perubahan iklim.

KTT COP26 akan berlangsung pada 1-2 November mendatang sementara forum COP26 sendiri berlangsung dari 31 Oktober-12 November. Inggris saat ini memegang presidensi COP26.

"Saya mendorong Indonesia untuk seambisius mungkin di COP ini, untuk menyelamatkan planet kita. Bekerja sama dalam perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon akan tetap menjadi bagian penting dari hubungan Inggris dan Indonesia di tahun-tahun mendatang,"tuturnya.

 Owen menjelaskan upaya untuk menekan emisi dan menangani perubahan iklim mungkin seperti tantangan yang mustahil. Namun, Inggris telah membuktikan bahwa upaya tersebut bisa berhasil.

Sepanjang rentang waktu 1990 sampai 2019, Inggris telah mengurangi total emisi gas rumah kaca kami sebesar 44%.

Di tengah upaya tersebut, ekonomi Inggris tidak terganggu bahkan tumbuh 78% pada periode tersebut.

Pada 2012, 40% pembangkit listrik Inggris bersumber dari batu bara. Angka itu jauh menurun sekarang menjadi hanya kurang dari 2%.

"Kami meminta negara-negara untuk berinvestasi dalam energi bersih dan menghentikan penggunaan batu bara pada tahun 2030 untuk negara maju dan tahun 2040 untuk negara berkembang,"kata Owen.

Penyelenggaraan COP206 pada tahun ini sangat penting mengingat masing-masing negara akan melaporkan pembaharuan Nationally Determined Contributions atau Komitmen Kontribusi Nasional (NDC).

Indonesia juga akan menyampaikan pembaharuan NDC dan Strategi Jangka Panjang untuk Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (LTS-LCCR) 2050.

Seperti diketahui, menyusul disepakatinya Paris Agreement di 2015, negara-negara telah berkomitmen untuk merancang rencana mereka dalam mengurangi gas emisi, atau dikenal dengan NDC.

Masing-masing negara sepakat untuk memperbaharui rencana mereka tiap lima tahun sekali. Pembaharuan rencana masing-masing negara seharusnya dilakukan pada tahun lalu tetapi tertunda karena adanya pandemi.

Paris Agreement merupakan komitmen bersama untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat celcius serta membatasi maksimal kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celcius.


Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...