Jakarta Jadi Kota dengan Hari Terpanas di Dunia, Ini Kata Pegiat Iklim

Nadya Zahira
11 November 2023, 11:18
dampak perubahan iklim di jakarta
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Kamis (27/7/2023).

Climate Breakthrough Award adalah penghargaan lingkungan terbesar untuk individu. Gita bergabung dengan 18 Penerima Climate Breakthrough Award sebelumnya yang telah menggunakan dana mereka untuk menciptakan dan meningkatkan inisiatif baru dengan potensi terobosan iklim yang kuat. 

Gita mengatakan, dana hibah yang ia terima nantinya akan digunakan untuk mengajak masyarakat agar sadar terhadap permasalahan iklim. Dia mengingatkan bahwa manusia dan alam merupakan satu-kesatuan. 

“Jadi aku ingin mengajak masyarakat untuk bisa berpikir kalau mereka menyakiti alam, maka mereka menyakiti dirinya sendiri,” ujarnya. 

Dia telah mengamati selama dua tahun bahwa cara mengajak masyarakat agar bisa sadar untuk menjaga alam yakni melalui pengalaman panca indra. Manusia harus bisa merasakan sendiri bagaimana terkoneksi dengan alam. Salah satu cara yang paling efektif adalah melalui seni dan budaya.

Dampak Iklim Paling Parah Terjadi di Khatulistiwa

Berdasarkan perhitungan Indeks Pergeseran Iklim, Indonesia menempati urutan teratas di antara negara-negara G20 dengan angka rata-rata 2,4 melampaui Arab Saudi (2,3) dan Meksiko (2,1). Pada 170 negara, suhu rata-rata 1,3 derajat Celcius selama rentang waktu tersebut melebihi ukuran dalam 30 tahun terakhir.

Sebanyak 7,8 miliar jiwa alias 99% populasi Bumi mengalami suhu hangat di atas rata-rata. Hanya Islandia dan Lesotho yang mencatat suhu lebih dingin daripada biasanya. 

“Rekor 12 bulan ini persis seperti yang kita harapkan dari iklim global yang dipicu oleh emisi karbon," kata Andre Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central. Rekor ini akan terus terjadi pada tahun depan, terutama ketika El Nino semakin meningkat dan memperlihatkan dampaknya.

Meskipun dampak iklim paling parah terjadi di negara-negara berkembang khatulistiwa, AS, India, Jepang, dan Eropa juga menyaksikan gelombang panas ekstrem yang dipicu perubahan iklim. "Dengan kenaikan suhu global rata-rata mencapai 1,3 derajat Celcius, saya khawatir kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius akan terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan pada 2030," ujar Edvin Aldrian, Peneliti BRIN sekaligus Penulis IPCC Report. 

Menurut Edvin, ada faktor-faktor alam seperti fenomena El Nino atau posisi matahari yang mendekati Bumi yang menyebabkan hal ini. Namun, aktivitas manusialah yang paling banyak memengaruhi kenaikan suhu global.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...