Pengembangan Biodiesel Berpotensi Kurangi Devisa dari Ekspor Sawit

Rena Laila Wuri
1 April 2024, 15:24
Foto udara perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pelaku indust
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Foto udara perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pelaku industri kelapa sawit sejak 15 Juli 2022. Harga tandan buah segar atau TBS petani masih di bawah Rp 1.500 per kilogram dan ada pula pabrik yang belum mau menampung hasil panen mereka dengan alasan tangki minyak sawit mentah atau CPO penuh.

Menanggapi rencana itu, Greenpeace Indonesia menyebut biodiesel, bioavtur, bioetanol adalah industri ekstraktif yang tinggi emisi. Dipercepatnya implementasi biodiesel akan semakin mempercepat ekstensifikasi lahan sawit.

“Karena tinggi lahan, intensitas penggunaan lahannya tinggi. Mau tebu, mau singkong, mau kelapa sawit itu pasti akan menggunakan lahan,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, Rabu (27/3).

Hal ini disampaikan Iqbal saat Diskusi Publik Refleksi Kritis Hasil Pemilu 2024: Bagaimana Arah Transisi Energi Indonesia 5 Tahun Mendatang? Di Jakarta, Rabu (27/3).

Iqbal juga menyinggung soal penggunaan biomassa yang digunakan untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Menurutnya, penggunaan teknologi co-firing juga memerlukan banyak lahan karena pemenuhan biomassa.

Hal itu akan berdampak pada pembukaan lahan baru yang dapat mengakibatkan deforestasi. Greenpeace menjelaskan tiga skenario yang memprediksi kebutuhan lahan dalam mewujudkan program kerja ambisius ini.

Pertama, business as usual atau yang sekarang sedang dijalankan yaitu Biodiesel 35 (B35). Kedua, alokasi biodiesel ambisius sampai B40 dalam rentan waktu tertentu. Ketiga, alokasi biodiesel agresif B50 sampai 2042.

Greenpeace memprediksi adanya peningkatan signifikan permintaan minyak sawit untuk konsumsi Indonesia dari 2023 hingga 2042. Untuk memenuhi permintaan tersebut, dibutuhkan minyak sawit mencapai 67,1  juta ton pada skenario pertama.

Akan tetapi dengan menggunakan skenario ketiga seperti dicanangkan Prabowo-Gibran, maka setidaknya membutuhkan 75 juta ton minyak sawit. Kenaikan permintaan ini juga berdampak kepada kebutuhan untuk memperluas kebun sawit.

“Dalam skema ini kebutuhan untuk peningkatan permintaan pada skema 2042 itu mencapai 23 juta hektare,” ucapnya.

Iqbal mengatakan saat ini sudah ada sekiat 16 juta Ha lahan sawit. Dengan begitu, masih memerlukan sekitar 7 juta Ha lahan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak sawit.

Padahal saat ini hanya tersisi 3,4 juta hektar hutan alam tersisa di dalam konsesi sawit. Dimana hutan tersisa berada di Kalimantan dan Papua.

Ambisi untuk terus menaikkan tingkat campuran biodiesel akan meningkatkan kebutuhan ekspansi lahan kebun sawit secara signifikan.Dengan arah pengaturan perlindungan hutan yang ada, hutan alam tersebut mungkin akan lenyap dalam beberapa 2 dekade mendatang.

Luas Lahan Sawit Terus Tumbuh

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 15,38 juta ha pada 2022. Luas ini menjadi rekor tertinggi selama lebih dari lima dekade terakhir.

Namun, luas itu mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 1,8% dalam lima tahun. Menurut kepemilikannya, mayoritas area kelapa sawit Tanah Air dimiliki Perkebunan Besar Swasta (PBS), yakni seluas 8,4 juta ha pada 2022.

Ada juga Perkebunan Rakyat (PR) seluas 6.37 juta ha. Sementara Perkebunan Besar Negara (PBN) paling kecil, yakni hanya 598.781 ha.

Areal perkebunan kelapa sawit ini tersebar di 34 provinsi Indonesia. Provinsi Riau tercatat memiliki kebun kelapa sawit terluas dengan luas 2,99 juta ha pada 2022 atau 19,50% dari total luas perkebunan kelapa sawit dalam negeri.

Kementan juga mendata, volume produksi kelapa sawit nasional mencapai 48,23 juta ton sepanjang 2022. Angkanya naik 3% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 46,85 juta ton.




Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...