ADB Beri Pinjaman Rp 2,1 T ke RI Dukung Infrastruktur Hijau dan SDG's
Bantuan teknis tersebut didanai senilai US$ 1,2 juta atau Rp 17,2 miliar dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia dan US$ 375.000 atau Rp 5,3 miliar dari Dana Khusus Kemitraan Pembangunan Sektor Keuangan Luxembourg.
Spesialis Senior Sektor Keuangan ADB Benita Ainabe menyebut dukungan kepada Indonesia ini akan mendukung upaya menurunkan gas rumah kaca. Ini penting mengingat Indonesia menyumbang emisi gas rumah kaca kelima terbesar di dunia dan berkontribusi lebih dari separuh gas rumah kaca di Asia Tenggara.
"Belajar dari pengalaman kami di Indonesia, kami berharap dapat mengembangkan pendekatan tersebut ke negara-negara lain di kawasan ini," kata Ainabe.
Fasilitas SIO-GFF ini berupaya membantu mengelola risiko kredit selama siklus hidup proyek, terutama pada tahap konstruksi dan tahun-tahun awal operasi komersial saat arus kas masih negatif. Fasilitas ini terutama akan menawarkan pinjaman, tetapi mungkin juga memberikan ekuitas, utang yang dapat dikonversi, dan jaminan, guna mengurangi risiko kredit proyek dan menarik pemberi pinjaman komersial.
Dalam laporan ADB sebelumnya, kebutuhan pembiayaan infrastruktur tahunan di Indonesia dari 2016 sampai 2020 diperkirakan rata-rata US$ 74 miliar. Nilai tersebut sudah memasukkan komponen perubahan iklim. Sementara, kesenjangan pembiayaan infrastruktur Indonesia setiap tahunnya mencapai US$ 51 miliar.