Dilarang Bijihnya Diekspor, Apa Guna Logam Nikel?
Presiden Joko Widodo menyebut ekspor nikel berhasil meningkat signifikan. Pada 2014 angkanya di Rp 17 triliun. Lalu, pada tahun lalu menjadi Rp 326 triliun.
Lonjakan ekspor juga pada tahun ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nikel setara US$ 4,12 miliar atau sekitar Rp 128 triliun pada kuartal pertama 2022. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, angkanya di US4 534 juta.
Semua terjadi, Jokowi mengatakan, sejak pemerintah melarang ekspor nikel dalam bentuk bijih atau bahan mentah. Produsen diminta untuk melakukan pengolahan atau pemurnian di dalam negeri dengan membangun smelter.
Ia sempat memamerkan dampak hilirisasi nikel tersebut yang mendongkrak ekonomi Maluku Utara. Pertumbuhannya mencapai 27% secara tahunan pada kuartal ketiga 2022. “Bagaimana enggak senang rakyatnya? Inflasi 3,3%, pertumbuhan 27%,” ucap Jokowi pada akhir bulan lalu.
Apa Itu Nikel?
Situs LiveScience menulis, nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan. Logam ini sangat kuat, memiliki keuletan, tahan panas dan korosi. Dalam tabel periodik, ia muncul di nomor 28 dengan nama Ni.
Logam ini menjadi konduktor listrik dan panas yang baik. Ia menjadi satu dari empat unsur kimia yang bersifat feromagnetik atau mudah termagnetisasi, pada suhu kamar. Sebagai logam transisi, nikel dapat membentuk beberapa tingkat oksidasi berbeda.
Bijih nikel pertama kali ditemukan pada abad ke-17 oleh penambang Jerman. Mereka menganggap logam ini tidak berguna sama sekali. Tujuan utama mereka adalah mengekstraksi tembaga. Beberapa kali kejadian serupa terjadi. Para penambang sampai yakin ada ulah setan di baliknya.
Karena itu, nikel sempat disebut kupfernickel alias Nick yang Tua. Nama ini berasal dari roh jahat dalam mitologi Saxon dan digunakan sebagai penyebutan sehari-hari untuk iblis.
Seabad kemudian, alkemis asal Swedia, Axel Fredrik Cronstedt, mencoba memanaskan kupfernickel dengan arang. Ia menemukan berbagai sifat menarik logam tersebut. Cronstedt lalu menghilangkan nama kupfer dan menyebutnya nikel.
Nikel untuk Bahan Baku Apa?
Sifatnya yang tahan panas dan ulet membuat nikel dipakai untuk berbagai macam produk. Mulai dari kabel, koin, hingga peralatan militer. Pengolahan nikel memakai metode panas dan dingin.
Dalam risetnya 2020, McKinsey & Company menyebut, permintaan nikel akan meningkat dari 2,2 juta metrik menjadi 3,5 juta hingga 4,0 juta metrik ton pada 2030. Salah satu penyebabnya adalah permintaan baterai yang naik.
Nikel menjadi bahan baku penting untuk baterai yang kini menjadi primadona baru di sektor energi. Kehadiran baterai harapannya dapat menggeser energi fosil yang telah lebih seabad mengotori bumi.
Logam itu juga menjadi bahan baku utama untuk pembuatan baja tahan karat. Baterai hanya mewakili 5% sampai 8% permintaan nikel untuk saat ini. Sedangkan sisanya adalah untuk industri stainless steel.
Di Mana Nikel Ditemukan?
Cina menjadi produsen nikel terbesar dunia saat ini. Namun, sumber terbesarnya ada di Indonesia. Sekitar 52% cadangannya atau 72 juta ton ada di Tanah Air pada 2020.
Meskipun masih dalam perdebatan, beberapa ahli menyebut wilayah tengah bumi diyakini mengandung jumlah nikel cukup besar. Jumlahnya dua kali lipat melimpat dibandingkan tembaga.