Tekanan Bursa Saham Imbas Corona Dinilai Lebih Berat dari Krisis 2008

Happy Fajrian
20 Maret 2020, 21:34
ihsg, pandemi corona, virus corona, krisis keuangan global 2008
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Layar informasi pergerakan harga saham yang memerah di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Analis menilai tekanan yang dihadapi IHSG dari pandemi corona lebih parah dibandingkan tekanan krisis keuangan global 2008.

Indeks Rebound Setelah Pengendalian Corona Menunjukkan Hasil

Director Panin Asset Management, Rudiyanto memperingatkan bahwa meski ada kemiripan antara kondisi saat ini dengan krisis 2008, kondisi pasar kedepan tidak bisa diprediksi. Namun dia meyakini IHSG akan mendapatkan momentum untuk rebound jika pengendalian corona mulai menunjukkan hasil.

“Belajar dari Tiongkok yang bergerak cepat dan berhasil pulih dalam waktu dua hingga tiga bulan, maka boleh diasumsikan pengendalian virus corona sudah menunjukkan hasil. Maka dua hingga tiga bulan setelahnya pasar saham bisa rebound,” jelasnya.

Nafan pun sepakat dengan Rudiyanto. Menurutnya IHSG hanya membutuhkan momentum dari keberhasilan penanganan Covid-19 untuk rebound. Momentum tersebut seperti adanya obat yang bisa mengobati corona dengan efektif, atau ketika vaksin sudah ditemukan, dan teruji secara klinis.

(Baca: Sempat Jatuh ke Level 3.000, Bursa Indonesia Sesi I Terburuk di Asia)

“Pada dasarnya pasar modal ketika terjadi penurunan, untuk rebound itu mudah, hanya butuh momentum saja. Untuk pandemi corona, momentum IHSG adalah perkembangan vaksin tersebut,” ujar Nafan.

Dia pun menilai IHSG berpeluang untuk kembali naik ke level 5.550 hanya dalam waktu dua hingga tiga bulan, setelah vaksin ditemukan, dengan penyebaran corona yang telah teratasi, tidak ada lagi penambahan kasus baru, dan jumlah pasien yang sembuh terus bertambah.

Hal ini terlihat pada kinerja IHSG akhir pekan ini dimana investor merespon positif kebijakan pemerintah yang mulai mendatangkan obat yang diklaim Tiongkok efektif untuk melawan corona. Selain itu alat-alat kesehatan dari Tiongkok, mulai dari alat pelindung diri hingga alat tes cepat, akan segera didatangkan ke Indonesia.

Adapun Tren koreksi IHSG pada krisis 2008 dimulai sejak awal Januari 2008, ketika indeks bergerak turun dari level tertingginya sepanjang masa (ketika itu) di posisi 2.830,26. Indeks pun turun hingga ke level 1.146,28 pada penutupan perdagangan 16 November 2008.

(Baca: Buyback Belum Sepenuhnya Terealisasi, Erick Thohir Fokus Pantau 6 BUMN)

Artinya, tren turun (bearish) IHSG ketika krisis 2008 bertahan selama hampir 11 bulan. Setelah itu IHSG mulai memasuki tren naik (bullish) hingga kembali mencatatkan rekor tertingginya sepanjang masa pada 21 Januari 2018 di level 6.660,62.

Namun setelah itu perang dagang AS-Tiongkok dimulai, IHSG kembali memasuki tren bearish hingga saat ini. Langkah IHSG untuk keluar dari tren tersebut pun semakin berat dengan mewabahnya virus corona baru, Covid-19, yang menciptakan kepanikan di pasar keuangan global.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...