Protech Mitra Perkasa Jajaki Bisnis Panel Listrik Tenaga Surya

Image title
12 April 2019, 15:17
Panel surya EBT
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Nelayan memasang lampu yang terhubung panel surya bertenaga matahari di atas perahunya di Indramayu, Jawa Barat.

PT Protech Mitra Perkasa Tbk. bakal menjajaki bisnis baru, instalasi panel listrik tenaga surya di atap (PLTS Rooftop), untuk meningkatkan pendapatan. Saat ini mereka tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta.

Komisaris Utama perusahaan yang berkode emiten OASA ini, Anton Santoso mengatakan bahwa mereka menargetkan pendapatan usaha tahun ini Rp 50 miliar. Bisnis baru ini akan menyumbang pendapatan sekitar 30-50%. Tahun lalu, mereka mengantongi pendapatan usaha Rp 31,9 miliar, yang mayoritas disumbangkan oleh bisnis perancangan, pengadaan, dan konstruksi (EPC) gardu listrik.

"(Kontrak PLTS rooftop) itu akan masuk di tahun ini, kira-kira kontribusinya signifikan kalau semua jalan," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta usai melakukan paparan publik, Jumat (12/4).

(Baca: Kurang Dana, 24 Proyek Pembangkit Energi Terbarukan Terancam Batal)

Anton menjelaskan, tahun lalu mereka mencatatkan rugi bersih senilai Rp 731,8 juta. Namun dengan bisnis barunya ini, Anton optimistis tahun ini mereka dapat membukukan laba bersih Rp 5 miliar. Hal itu karena bisnis EPC PLTS rooftop memiliki margin laba yang lebih besar dari bisnis mereka di EPC gardu induk listrik.

Pasalnya, instalasi panel surya tidak memakan waktu yang lama, hanya sekitar 1 bulan saja sehingga tidak mengalami banyak ketidakpastian. "Kalau gardu listrik kan, mestinya 5 bulan bisa terpasang, tapi malah jadi 1 tahun. Kadang urusan pembebasan tanahnya jadi kendala," katanya.

Kendati menjajaki kerja sama dengan perusahaan pelat merah dan swasta, namun Anton menilai prospek bisnis yang lebih besar yaitu kerja sama dengan pihak swasta. Saat ini OASA tengah menjajaki kerjasama dengan tiga perusahaan swasta, yang saat ini tengah mengajukan izin pemasangan PLTS rooftop.

(Baca: Sepi Peminat, Pengembangan Energi Terbarukan di Banten Masih Minim)

Anton mengungkapkan, total kapasitas listrik yang bakal dipasang di tiga perusahaan swasta tersebut sebesar 2 megawatt (MW). Panel surya yang bakal dipasang didatangkan dari Tiongkok. "Perusahaan yang mendatangkan sebagai EPC, kita yang impor dan kita yang pasang," kata Anton.

Anton menilai, peluang bisnis energi terbarukan di Indonesia sangat besar karena Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengizinkan industri mengkonsumsi listrik dari pembangkit tenaga surya di atap. Sebelumnya, industri tidak tergolong sebagai konsumen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Menurut Anton, meski sudah mendapat lampu hijau dari Kementerian ESDM, saat ini bisnis energi terbarukan di Indonesia belum kondusif. Hanya saja, dengan kemajuan seperti ini, Anton berharap ke depan pemerintah bisa terus mendukung sektor energi baru dan terbarukan.

"Dunia sudah banyak, banyak perusahaan multinasional semua menerapkan itu. Kami melihat peluang sangat besar di sektor ini, kami akan masuk ke sektor EBT khususnya PLTS," katanya.

(Baca: Lampu Tenaga Surya Tekan Anggaran Listrik Pemda Papua)

Reporter: Ihya Ulum Aldin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...