Dirut BEI: Beda Prospek Pasar JP Morgan dan Credit Suisse Hal Biasa
Ada pun beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh pasar modal dalam negeri tahun ini seperti kekhawatiran investor atas efek nyata dari perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Selain itu, berlanjutnya pengetatan moneter global, krisis negara-negara berkembang, serta masih tingginya defisit neraca berjalan dalam negeri masih akan menjadi tantangan.
Meski begitu, Thendra meyakini fundamental ekonomi domestik masih solid. Hal itu ditopang oleh pertumbuhan konsumsi domestik yang menurutnya menjadi benteng pertahanan terkahir bagi Indonesia. "Perekonomian Indonesia diproyeksikan bertumbuh sebesar 5,2% hingga 5,3% di 2019, diikuti dengan estimasi pertumbuhan laba korporasi sebesar 10% sampai 12%," katanya.
Thendra yakin peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi berlanjut hingga ke level 6.746 hingga Semester I-2019 dengan ekspektasi beli. Namun, dia menilai terdapat pola sell on news di paruh kedua 2019. Sehingga pada masa itu, aksi jual investor sangat sensitif dengan kabar yang beredar.
(Baca: Moody's Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5% pada 2019 dan 2020)
Terkait pasar surat utang, Head of Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adisaputra menyatakan pasar surat utang Indonesia tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi di tahun lalu. Hal itu terkait dari faktor eksternal di mana Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reverse, terlihat menahan diri untuk melanjutkan kenaikan suku bunganya di tengah ancaman perlambatan pertumbuhaan ekonomi global.
Adapun dari faktor domestik, stabilitas nilai tukar rupiah serta kebijakan pemerintah menurunkan defisit transaksi berjalan dapat menentukan pergerakan pasar surat utang di tahun ini. "Dengan asumsi moderat ke optimis, pasar surat utang negara akan memberikan total return kepada investor berkisar antara 7,50% hingga 10,33%," kata Adisaputra memperkirakan.