BEI: Anjloknya IHSG Tak Cerminkan Fundamental Pasar Modal

Miftah Ardhian
15 November 2016, 00:10
Bursa Saham
Arief Kamaludin|KATADATA

Lebih jauh, Tito menjelaskan, salah satu kebijakan Trump yang jadi sorotan pasar yaitu soal akselerasi belanja. Kebijakan ini disebut-sebut akan menyebabkan inflasi di AS melonjak. Alhasil, bank sentral AS, The Federal Reserve, kemungkinan akan menaikkan suku bunga dananya (Fed Fund Rate).

Arah kebijakan itulah yang mulai direspons pelaku pasar. Dampaknya, imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) AS naik cukup tinggi, sekitar 10-12 poin dalam waktu sepekan terakhir. "Kenaikan yield ini merefleksikan akan terjadinya kenaikan suku bunga (The Fed) dalam waktu dekat," ujarnya. Hal ini membuat arus keluar modal asing sulit dihindari di Indonesia.

Sekadar catatan, pada perdagangan Senin ini, IHSG ditutup di level 5.115 atau merosot 2,22 persen dibanding penutupan Jumat pekan lalu. Tim riset dari OSO Securities mengatakan, koreksi tajam yang berlangsung sejak akhir pekan lalu memang merupakan respons pelaku pasar atas terpilihnya Trump sebagai Presiden AS.

 (Baca juga: Investasi Asing Kerek Neraca Pembayaran Surplus US$ 5,7 Miliar)

“Pelaku pasar berekspektasi akan terjadi ketidakstabilan di pasar keuangan, sehingga lebih memilih untuk mengalihkan asetnya kepada aset safe haven,” begitu pernyataannya. Aset safe haven yang dimaksud adalah obligasi pemerintah AS.Tim OSO menyebut, pelaku pasar asing mencatatkan penjualan bersih atau nett sell di bursa saham sebesar Rp 2,5 triliun pada akhir pekan lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...