Investor Saham Tak Menuai Berkah dari Emiten Rumah Sakit saat Pandemi

Safrezi Fitra
18 September 2020, 20:19
emiten rumah sakit, kinerja rumah sakit, saham rumah sakit, keuangan rumah sakit, bursa, saham, bursa efek indonesia, pasar modal, Hermina, Metro healthcare, siloam hospital, omni hospital, mayapada hospital, rumah sakit mitra keluarga
ANTARA FOTO/REUTERS/Pavlo Palamarchuk/hp/dj

Meski begitu, dampaknya tidak sampai penghentian atau pembatasan operasional perusahaan. Bahkan, pada kondisi pandemi ini, perseroan mampu menambah jumlah karyawan sebanyak 146 orang, menjadi 12.171 orang karyawan.

Untuk menghadapi risiko penurunan jumlah pasien dan untuk menjawab kebutuhan pemerintah dan masyarakat, Hermina berupaya mendapatkan potensi peningkatan volume pasien secara maksimal. Salah satu caranya dengan menyediakan pelayanan optimal bagi pasien Covid-19.

Saat ini, terdapat enam rumah sakit dalam jaringan Hermina yang berfungsi sebagai rumah sakit rujukan untuk melayani pasien positif Covid-19. Selain itu, terdapat sekitar 300 tempat tidur khusus untuk pelayanan pasien Covid-19 berstatus PDP dan ODP dalam jaringan Hermina. Kapasitas ini akan terus bertambah seiring waktu sesuai kebutuhan.

"Dalam bulan Juni dan Juli 2020 perkembangan bisnis telah normal, ditandai dengan kembalinya jumlah pasien rawat jalan seiring dengan relaksasi PSBB," kata Manajemen Medialoka Hermina (18/8).

Berbeda dengan Hermina, bisnis Sarana Meditama Metropolitan malah terpuruk di masa pandemi. Pengelola jaringan rumah sakit Omni Hospital ini mengaku terganggu dengan adanya pandemi Covid-19. Perseroan terpaksa melakukan pengurangan karyawan dan efisiensi.

Tercatat jumlah karyawan perseroan berkurang 340 orang sepanjang tahun ini, 291 orang di antaranya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, terdapat 860 orang karyawan yang terkena pemotongan gaji. Pandemi juga berdampak pada pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek perseroan.

"Berdampak pada pemenuhan kewajiban pokok utang saja," kata Manajemen Sarana Meditama Metropolitan dalam keterbukaan informasi kepada BEI Agustus lalu. Dalam laporan keuangan semester I-2020, tercatat jumlah liabilitas jangka pendek perseroan Rp 193,72 miliar. Nilainya lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 225,98 miliar.

Sementara Direktur dan Sekretaris Perusahaan Mitra Keluarga Karyasehat Joyce V Handajani mengatakan dampak Covid-19 baru dirasakan perusahaan pada akhir Maret 2020 hingga kini. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan menurun hingga 40-50% dan pasien rawat inap turun 30-35% sepanjang April-Mei. Penurunan ini karena banyaknya pasien yang menunda ke rumah sakit. Di sisi lain, sebagian dokter juga mengurangi, bahkan tidak praktek sama sekali akibat pandemi.

Dia menjelaskan semua jaringan rumah sakit Mitra Keluarga menerima dan merawat pasien Covid-19. Jumlah pasien Covid-19 yang rawat pun cukup banyak. Namun, jumlahnya belum bisa mensubtitusi penurunan jumlah pasien nonCovid-19. Berdasarkan Laporan Keuangan, pendapatan Mitra Keluarga pada semester I-2020 turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 1,44 triliun.

Menurut Joyce, sejak Juni jumlah kunjungan pasien sudah mulai membaik. Meski angkanya belum pulih seperti angka normal, sebelum Maret. Masih ada gap 15-20% dari angka normal," kata Joyce saat paparan publik, Senin (24/8).

Mitra Keluarga belum bisa memprediksi bagaimana kinerja keuangannya hingga akhir tahun. Namun, perseroan tetap berupaya meningkatkan pendapatan di semester II. Saat ini perseroan berusaha memastikan seluruh dokternya bisa kembali praktek secara normal. Ini penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar kembali mau ke rumah sakit. Perseroan juga menyediakan fasilitas telekonsultasi dan pengantaran obat ke rumah pasien.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...