Saat Pandemi, Kapitalisasi Pasar Unilever Salip Bank Mandiri & Telkom

Safrezi Fitra
20 Oktober 2020, 19:46
saham, kapitalisasi pasar, unilever, bank mandiri, bni, bank bni, telkom, emiten big cap, market cap, 10 emiten market cap besar, 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Bursa Efek Indonesia

Selain stock split, Sukarno juga menilai Unilever merupakan bagian dari saham deffensive. Artinya dengan kondisi pandemi saat ini yang menyebabkan ekonomi turun, tapi dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap saham dan kinerja emiten ini.

Dia pun membandingkan indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan saham Unilever sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga pertengahan Oktober, IHSG sudah anjlok hingga 8,9%. Sedangkan saham unilever hanya turun 5,39%.

Di saat kondisi ekonomi yang sedang terpuruk seperti sekarang, saham ini bisa menjadi pilihan investor mendiversifikasi portofolionya agar tidak terlalu signifikan penurunannya. Prospek ke depan UNVR sepertinya tidak akan tumbuh signifikan dan harga akan stabil. Tapi secara teknikal masih ada peluang kembali ke level Rp 9.000 per saham,” kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Selasa (20/10).

BNI Keluar dari 10 Besar Emiten Big Cap

Berbeda dengan Unilever yang naik, market cap bank milik negara malah turun. Bahkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) harus pasrah keluar dari daftar 10 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sejak Maret lalu hingga kini.

BNI yang pada Februari berada di peringkat 9 dengan nilai market cap hingga Rp 129,7 triliun langsung anjlok menjadi Rp 70,5 triliun. Dengan nilai market cap ini, posisi BNI langsung bergeser ke urutan 14.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan terlemparnya BNI dari daftar 10 emiten big cap seiring penurunan harga saham BBNI. Sejak awal tahun hingga sekarang (year to date/ytd) harga saham BNI sudah turun 38,6%.

Sejalan dengan pandemi Covid-19 yang mulai meluas di Indonesia, harga saham BNI pun anjlok. Pada 2 Maret, harga saham BNI masih Rp 6.950 per saham. Dalam rentang satu bulan, harganya anjlok hingga 45% menjadi hanya Rp 3.820 per saham.

“Kami menilai penurunan dari kinerja saham seiringan dengan restrukturisasi kredit dari BNI yang meningkat sebagai dampak dari pandemi,” kata Okie kepada Katadata.co.id, Selasa (20/10). Saat ini porsi kredit korporasi BNI juga cukup tinggi, sekitar 47% dari pendapatan. Kinerja keuangan kuartal III 2020 diproyeksikan lebih lambat dari kuartal III 2019.

Bulan lalu, market cap BNI sudah naik mencapai Rp 81,9 triliun. Namun, kenaikan ini belum bisa mendongkrak peringkat BNI yang tetap berada di peringkat 14.

Sejak BNI keluar dari 10 emiten big cap, PT Pollux Property Indonesia Tbk (POLL) sempat mengisi daftar ini. Pollux sempat berada di peringkat 10 selama sebulan. Kemudian PT Barito Pacific Tbk (BRPT) selama yang sempat menduduki posisi 9 dalam dua bulan. Sejak Juni hingga Oktober ini, PT Sinar Mas Multiartha masuk daftar dan berada di urutan 10.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...