Efek Domino Krisis Utang Evergrande ke Bursa Saham Indonesia

Image title
22 September 2021, 15:02
Evergrande, saham, indeks saham, bursa, Hong Kong
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.
Pekerja melintas di depan layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/8/2021).

Senior Vice President Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, kasus Evergrande memang berdampak pada pasar saham Indonesia tapi lebih spesifik pada konglomerasi dan emiten-emiten yang kadar utangnya tinggi. Emiten berkadar utang tinggi menurutnya berasal dari sektor properti, konstruksi, dan infrastruktur.

Janson mengatakan rasio tingkat utang terhadap pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (debt to EBITDA ratio) dari IHSG saat ini di level 4,6 kali, naik dua kali lipat dari rata-rata 10 tahun terakhir. Sektor-sektor yang disebutkan sebelumnya, memiliki debt EBITDA ratio tinggi.

"Itu artinya, menjauhlah dari sektor-sektor properti, konstruksi, dan infrastruktur," kata Janson kepada Katadata.co.id.

Menurut Janson, meski terdapat risiko terhadap sektor tersebut, jangka waktunya tidak akan lama dan tidak akan separah Lehman Brothers pada 2008 lalu. Pasalnya, kasus Evergrande tidak melibatkan institusi keuangan yang produk derivatifnya adalah produk keuangan.

"Sedangkan di Tiongkok, yang terlibat adalah perusahaan properti yang memang tingkat utangnya luar biasa besar," kata Janson.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan, kasus tersebut memang berdampak pada pasar saham Tanah Air. Meski begitu, faktor tersebut diimbangi dengan situasi ekonomi dalam negeri yang masih kondusif.

"Karena dari dalam negeri situasi masih cukup kondusif, maka diharapkan tidak memberi dampak besar terhadap pasar saham kita," kata Ivan kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...