Wall Street Bergerak Fluktuatif, Investor Waspadai Data Tenaga Kerja AS
Bursa Wall Street bergerak fluktuatif pada penutupan perdagangan Kamis (5/9). Hal ini terjadi karena investor mulai melepaskan aset-aset berisiko. Ditambah dengan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) jelang rilis data tenaga kerja pada Jumat ini.
Akibatnya, indeks S&P 500 turun 0,3% dan ditutup pada level 5.503,41. Dow Jones Industrial Average juga terkoreksi 219,22 poin atau 0,54%, dan berakhir di 40.755,75. Sementara Nasdaq Composite justru naik 0,25% menjadi 17.127,66, setelah sebelumnya sempat naik hingga 1,2% pada sesi awal.
“Kita berada di tengah-tengah ketakutan pertumbuhan ekonomi AS yang mini,” kata Arun Sai, Pakar Strategi Multi-Asset Senior di Pictet Asset Management, dikutip CNBC pada Jumat (6/9).
Kemudian data pasar tenaga kerja terbaru yang dirilis Kamis juga menunjukkan sinyal yang variatif terhadap kondisi ekonomi AS. Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian arah suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Data penggajian karyawan swasta juga mencatat pertumbuhan paling lemah sejak 2021, yang memicu kekhawatiran investor terhadap perlambatan pasar tenaga kerja. Di sisi lain, klaim mingguan untuk tunjangan pengangguran menurun dibandingkan Minggu sebelumnya.
Sehingga pasar sangat sensitif terhadap potensi perlambatan ekonomi AS dan terlihat dari aksi jual investor pada perdagangan saham di hari Selasa. Kekhawatiran investor terjadi seiring dengan pelemahan data manufaktur AS.
Pasar Tenaga Kerja AS Menjadi Sorotan
Hal ini membuat data pasar tenaga kerja menjadi sorotan, di mana fokus utama tertuju pada laporan nonfarm payrolls untuk Agustus yang akan dirilis pada Jumat. Sebelumnya, pelemahan laporan nonfarm payrolls untuk Juli telah memicu kekhawatiran akan resesi dan meningkatkan volatilitas untuk bulan Agustus.
Non Farm Payroll (NFP) adalah data tingkat ketenagakerjaan di AS selain dari sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga nonprofit. Data ini sering menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi di AS.
Kepala Investasi di Siebert Financial, Mark Malek menilai, kinerja pasar berada dalam rentang yang sangat sempit. Jika data ekonomi berikutnya di bawah ekspektasi pasar, maka ada potensi pergerakan signifikan di kedua arah. “Jika kita melihat ada penyimpangan, kita akan melihat lebih banyak volatilitas,” kata Malek.
Di sisi lain, saham Tesla naik 4,9% setelah produsen kendaraan listrik tersebut mengumumkan rencana peluncuran perangkat lunak swakemudi penuh di Eropa dan Cina pada awal tahun depan.
Sementara saham Frontier Communications turun 9,5% pada perdagangan Rabua, setelah Verizon mengumumkan rencana pembelian perusahaan tersebut dalam kesepakatan senilai US$ 20 miliar. Diikuti dengan penurunan saham Verizon sendiri sebesar 0,4%.
Pergerakan pasar pada hari Kamis terjadi setelah S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup lebih rendah untuk dua sesi berturut-turut. Dow berhasil mencatatkan keuntungan kecil. Namun, ketiga indeks tersebut kompak anjlok pada Minggu ini.