Indeks Obligasi Turun 0,22% Sepekan, Imbal Hasil Bakal Ikut Terpangkas

Intan Nirmala Sari
16 Agustus 2021, 17:41
obligasi, investasi, indeks, the federal reserve, amerika serikat
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Direktur Surat Utang Negara pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019). Pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) ritel kepada investor individu secara daring, yakni SBR seri SBR005 dengan minimum pemesanan sebesar Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar melalui mitra distribusi.

Melansir Tradingview, pergerakan indeks dolar AS sepanjang 2021 naik 2,9% dari US$ 89,95 pada 31 Desember 2020 menjadi US$ 92,58 per Senin (16/8). Di mana, level tertinggi yang pernah ditembus tahun ini US$ 93,29 pada 30 Maret lalu.

Kinerja harga Surat Berharga Negara (SBN) melemah seiring adanya potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Di sisi lain, harga SBN juga tertekan turunnya ekspektasi konsumen terhadap pemulihan ekonomi nasinal yang tersendat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.

Berdasarkan data Infovesta Utama per Juli 2021, indeks obligasi korporasi mencatatkan pertumbuhan lebih baik sepanjang tahun ini, dibandingkan indeks obligasi pemerintah. Infovesta Corporate Bond Index hingga Juli 2021 tercatat tumbuh 3,2% (year to date/ytd), sedangkan dalam sebulan terakhir (month on month/mom). Sedangkan untuk Infovesta Government Bond Index tumbuh 2,3% ytd dan 1,13 mom.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana optimistis kebijakan pengetatan moneter The Fed belum akan dieksekusi tahun ini. Apalagi, Negeri Paman Sam juga masih dihadapkan pada tantangan peningkatan kasus Covid-19 varian Delta. 

"Sampai sekarang The Fed masih terlihat dovish (menerapkan kebijakan moneter longgar). Dengan kondisi tersebut harga obligasi masih akan naik," kata Wawan kepada Katadata.co.id, pekan lalu (10/8).

Selain itu, Wawan menekankan bahwa obligasi Tanah Air masih terbilang murah. Untuk surat utang tenor 10 tahun, yield atau imbal hasil yang ditawarkan masih berkisar 6,2%. "Padahal wajarnya dengan inflasi yang rendah saat ini, bunga deposito 3%-an, obligasi kita masih menawarkan keuntungan dua kali di atas deposito, sehingga investasi obligasi masih menarik,"ujarnya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini (16/8) ditutup menguat 0,10% di level Rp 14.372 per dolar AS, dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yakni Rp 14.388 per dolar AS.

Penyumbang bahan: Nada Naurah (magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...