PP Properti Bakal Dukung Ibu Kota Baru Lewat Lahan di Balikpapan

Intan Nirmala Sari
9 September 2021, 07:20
Ibu kota baru, PP Properti, saham PPRO, properti
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Foto aerial bekas tambang batu bara di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8/2019). Kementerian LHK akan memperbaiki lubang-lubang bekas tambang di kawasan calon ibu kota negara baru.

Dalam paparan public expose (pubex) disampaikan proyeksi penjualan akhir 2021 PP Properti yakni Rp 1,7 triliun atau turun 15% dari catatan akhir 2020 yakni Rp 2,07 triliun. Kontribusi penjualan terbanyak diprediksi masih dari bisnis residensial sekitar 94% atau sekitar Rp 1,6 triliun. Sedangkan untuk bisnis komersial berkontribusi 6% atau sekitar Rp 109 miliar dari total target akhir 2020.

Direktur Keuangan PPRO Deni Budiman, mengatakan penurunan penjualan tahun ini terjadi karena dampak dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Meskipun begitu, dia mengklaim kinerja perusahaan dalam dua bulan terakhir mulai menunjukkan pemulihan.

“Akhir tahun kami yakin target penjualan masih bisa tercapai, terutama untuk unit yang masih ready stock. Ini karena ada relaksasi pajak atau PPN dari pemerintah,” kata Deni.

Direktur Utama PP Properti I Gede Upeksa Negara, meyakinkan bahwa pihaknya optimistis target penjualan bisa tercapai akhir 2021. Hal itu didukung dengan perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air yang membaik, seiring upaya pemerintah mendorong program vaksinasi.

“Dengan begitu, pergerakan dan tren bisnis properti mulai menunjukkan growth (pertumbuhan) yang baik,” ujar I Gede dalam kesempatan yang sama.

Banyaknya insentif pemerintah di sektor properti turut mendorong prospek industri properti, I Gede optimistis produk-produk PPRO bisa diserap pasar. Itu termasuk produk komersial, seperti mal dan perhotelan yang diprediksi akan kembali tumbuh.

“Kami optimistis dengan target, sehingga ke depan bisnis masih akan berkembang,” katanya.

Sepanjang tahun pandemi Covid-19, pemerintah banyak menggelontorkan stimulus atau kebijakan untuk mendorong kinerja sektor properti. Kebijakan tersebut seperti langkah Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan menjadi 3,5% di kuartal I-2021. Bank sentral juga melakukan pelonggaran loan to value (LTV) rasio pinjaman untuk kredit properti sebesar 100% hingga Desember 2021.

Selanjutnya, ada juga kebijakan penghapusan pajak alias PPn untuk residensial komersial hingga Desember 2021. Di samping itu, pemerintah juga mendorong pengembangan Kawasan industri, mempercepat pembangunan infrastruktur, hingga membentuk destinasi super prioritas di industri pariwisata.

Melansir RTI, pada perdagangan Rabu (8/9) saham PPRO turun 2,74% ke level Rp 71 per saham. Adapun sepanjang 2021, saham emiten properti tersebut tercatat turun 24,47%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...