Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Penantian Data Inflasi

Abdul Azis Said
1 November 2021, 10:07
rupiah, dolar, inflasi
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Warga menukarkan mata uang dolar AS di sebuah gerai money changer, Jakarta, Jumat (28/2/2020).

Berdasarkan notulen rapat FOMC September, The Fed berencana mengumumkan langkah tapering off alias pengetatan stimulus pada pertemuan pekan ini. Tapering berupa pengurangan pembelian aset senilai US$ 15 miliar dari pembelian rutin US$ 120 miliar.

Mengacu pada notulen rapat tersebut, kemungkinan tapering akan dimulai paling cepat pertengahan November atau Desember. Meski demikian mereka berulang kali menegaskan bahwa langkah tersebut tidak ada kaitannya dengan kenaikan suku bunga yang sampai saat ini belum pasti kapan akan dimulai.

Sementara pasar mengantisipasi kenaikan bunga acuan AS pada paruh kedua tahun depan. Salah satu pertimbangan utama kenaikan bunga dikarenakan ekspektasi inflasi tinggi yang masih akan bertahan lama hingga tahun depan. 

Di sisi lain, Ariston juga menyebut rupiah masih berpeluang menguat seiring membaiknya sentimen terhadap aset berisiko. Ini terindikasi dari indeks saham utama Asia yang terpantau menghijau pagi ini. "Penguatan indeks dipengaruhi oleh hasil positif laporan penghasilan perusahaan yang terdaftar di tengah pandemi," kata Ariston.

Beberapa indeks Asia yang menguat antara lain, Nikkei 225 Jepang 2,25%, Kospi Korea Selatan dan KSE-100 Pakistan sebesar 0,5%, Taiex Taiwan 0,41%, Strait Times Singapura 0,67%. Sedangkan pelemahan pada indeks Shanghai SE Composite CIna 0,20%, Hang Seng Hong Kong 1,03%, Nifty 50 India 1,04%, Thait Set 50 Thailand 0,20%.

Adapun bursa utama AS juga ditutup menguat pekan lalu. Tercatat, Dow Jones Industrial naik 0,25%, S&P 500 sebesar 0,19% dan Nasdaq Composite 0,33%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...