Himbara Proyeksi Kredit 2022 Tumbuh 10 %, Ini Sektor Prospektifnya

Image title
1 Desember 2021, 15:25
Himbara Proyeksi Kredit 2022 Tumbuh 10 %, Ini Sektor Prospektifnya
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.
Warga bertransaksi di ATM Link, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (2/6/2021). Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) menunda implementasi penyesuaian biaya transaksi cek saldo dan tarik tunai di mesin ATM Merah Putih atau ATM Link yang pada awalnya akan diterapkan mulai 1 Juni 2021 kemarin.

Sementara, PT Bank Mandiri Tbk tidak menyebutkan target pertumbuhan kredit pada 2022. Meski begitu, kredit Bank Mandiri diharapkan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun ini, di mana per September 2021 naik 7,7 % (bank only).

"Kami berharap kredit Bank Mandiri dapat tumbuh lebih baik di tahun depan mengikuti laju pertumbuhan GDP, serta seiring memulihnya kondisi perekonomian nasional," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo kepada Katadata.co.id.

Menurut dia, ada sejumlah sektor ekonomi yang akan membaik seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan membaiknya kondisi perekonomian nasional.

Sektor telekomunikasi, kesehatan, industri makanan & minuman, serta perkebunan kelapa sawit & CPO akan menjadi sektor-sektor yang akan bertumbuh di tahun depan. "Kami berharap kondisi pandemi Covid-19 akan semakin mereda dan ekonomi kembali pulih," kata Sigit.

Bank Mandiri sebenarnya mampu menyalurkan kredit mencapai Rp 1.021,6 triliun secara konsolidasi hingga triwulan ketiga 2021, tumbuh 16,93 % secara tahunan. Segmen wholesale masih menjadi motor penggerak kredit dengan peningkatan 7,93 % menjadi Rp 533 triliun.

Pada kesempatan lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memperkirakan pertumbuhan kredit 2022 bisa mendekati dua digit alias mendekati 10 %. Pertumbuhan kredit sejalan dengan era suku bunga rendah yang diterapkan oleh Bank Indonesia saat ini, di mana bunga acuan di level 3,5 %.

Meski begitu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan perbankan perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias The Fed. Pasalnya, suku bunga The Fed diprediksi naik pada pertengahan tahun depan.

Dengan kenaikan suku bunga The Fed, membuat Bank Indonesia bisa ikut menaikan suku bunga acuannya. Karena suku bunga BI naik, turut berdampak pada biaya dana alias cost of fund industri perbankan.

Agar penyaluran kredit tetap bisa tumbuh, Royke berharap kebijakan relaksasi yang diberikan BI seperti giro wajib minimum (GWM) dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) bisa diperpanjang. "Agar bisa menekan biaya cost of fund perbankan," katanya dalam webinar pada Senin (22/11).

Dari sisi fungsi intermediasi, BNI menyalurkan kredit dengan total Rp 570,6 triliun hingga triwulan ketiga 2021. Kredit tersebut mampu tumbuh 3,7 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 550 triliun. Mayoritas kredit masih ditopang oleh sektor korporasi.

Berdasarkan data presentasi, BNI menyalurkan kredit ke perusahaan swasta Rp 175,9 triliun atau tumbuh 5,2 % dari Rp 167,2 triliun. Sementara penyaluran kredit kepada badan usaha milik negara (BUMN) totalnya Rp 104 triliun atau turun 7,1 % dibandingkan Rp 112 triliun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...