Harga Bitcoin Anjlok ke Titik Terendah Tahun Ini Rp 1,3 Miliar

Ringkasan
- Harga Bitcoin anjlok mendekati US$ 82.000, turun hampir 25% dari nilai tertinggi sepanjang masa akibat momentum politik pendukung kenaikan harga sebelumnya mulai melemah.
- Beberapa faktor disinyalir menjadi penyebab penurunan harga Bitcoin, seperti arus keluar modal dari ETF Bitcoin, korelasi Bitcoin dengan saham teknologi yang melemah, serta data ekonomi AS yang kurang baik.
- Penurunan profitabilitas perdagangan berjangka spot Bitcoin dan peretasan bursa Bybit juga disebut-sebut sebagai faktor tambahan yang menambah tekanan penurunan harga Bitcoin.

Harga Bitcoin turun tajam menembus level US$ 85.000 (Rp 1,39 miliar) dan mendekati US$ 82.000 (Rp 1,34 miliar) karena momentum politik yang membantu mendorong kenaikan baru-baru ini tampaknya mulai kehabisan bahan bakar.
Harga Bitcoin turun menjadi US$ 82.111 (Rp 1,34 miliar) sekitar pukul 15.00 EST, menurut data Coinbase dari TradingView, pada Rabu (26/2).
Pada titik ini, mata uang digital ini telah turun hampir 25% dari level tertingginya sepanjang masa di lebih dari US$ 108.000 (Rp 1,77 miliar). Data Coinbase menunjukkan Bitcoin diperdagangkan pada titik terendahnya di tahun ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, mata uang digital mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa karena antisipasi terhadap perubahan kebijakan yang dapat terjadi sebagai akibat dari terpilihnya kembali Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Partai Republik yang menguasai DPR dan Senat.
Partai Republik telah menjadikan mata uang digital sebagai bagian dari platformnya. Perkembangan ini memicu optimisme yang besar dalam komunitas kripto dan blokchain bahwa kemenangan partai ini akan membantu menciptakan kejelasan peraturan seputar aset digital.
Tim Enneking, Managing Partner Psalion, berbicara tentang perkembangan ini. "Kenaikan dramatis harga Bitcoin sejak pemilihan federal AS belum ditindaklanjuti dengan tindakan konkret apa pun - hanya banyak pernyataan niat di AS baik di tingkat federal maupun negara bagian, dan di beberapa negara lain,” kata Enneking dalam surat elektronik, seperti dikutip Forbes.
“Pada saat yang sama, kekacauan terjadi di pemerintahan AS karena tindakan yang diambil oleh Trump terkait tarif, oleh Elon Musk sebagai kepala DOGE, dan oleh Partai Republik di Kongres terkait anggaran dan defisit federal,” tambahnya.
Enneking menyebut harga aset-aset berisiko terutama kripto telah jatuh. Indeks S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq Composite juga merosot sejak awal bulan ini.
Influencer TikTok yang dikenal dengan nama Wendy O juga menyoroti peran kunci yang dimainkan oleh pemerintah federal AS. Ia mengklaim pelemahan Bitcoin baru-baru ini terkait dengan kebijakan Trump yang mengumumkan tarif untuk Meksiko dan Kanada yang akan berlaku minggu depan.
Faktor Penyebab Penurunan Bitcoin
Beberapa analis mengambil pendekatan yang lebih luas, mengutip berbagai variabel yang berada di balik depresiasi Bitcoin baru-baru ini.
“Penurunan Bitcoin baru-baru ini menjadi sekitar US$ 85.000 (Rp 1,39 miliar) terkait dengan beberapa faktor yang membuat investor gelisah,” kata Mike Marshall, Kepala Riset di Amberdata, melalui komentar yang dikirim melalui email.
Ia menyebutkan arus keluar modal dari ETF Bitcoin sebagai salah satu penyebab kejatuhan aset digital ini. Selain itu, investor juga keluar dari saham-saham teknologi. "Karena Bitcoin sering bergerak sejalan dengan saham teknologi, ketika pasar seperti Nasdaq jatuh - dan perusahaan seperti Tesla dan Nvidia menghadapi tantangan - Bitcoin juga menderita,” katanya.
Marshall juga menyinggung data-data ekonomi AS yang tidak terlalu menggembirakan. “Penjualan rumah baru telah turun jauh lebih banyak dari yang diharapkan, dan imbal hasil obligasi pemerintah tenor sepuluh tahun yang tinggi menunjukkan kekhawatiran tentang masa depan ekonomi,” ujar Marshall.
Kebijakan tarif menambah tekanan terhadap prospek ekonomi AS. Kepercayaan konsumen dan aktivitas bisnis menurun, sedangkan kekhawatiran terhadap inflasi meningkat sehingga menambah ketidakpastian. Belum lagi ketidakpastian geo-politik.
Brett Sifling, Manajer Investasi untuk Gerber Kawasaki Wealth & Investment Management, juga menunjukkan beberapa perkembangan tren yang memicu penurunan Bitcoin baru-baru ini.
“Saya rasa ada beberapa alasan mengapa Bitcoin mengalami penurunan terbaru, bukan hanya satu alasan spesifik. Dimulai dengan kemunduran umum di pasar ekuitas, tampaknya Bitcoin masih sangat berkorelasi dengan koreksi 5% baru-baru ini di Nasdaq,” kata Sifling.
Ia juga menyebut arus keluar dana dari ETF spot Bitcoin, yang hampir mencapai US$ 1 miliar (Rp 16,37 triliun) dalam satu hari di pekan ini. Ada spekulasi yang menyebut arus keluar ETF spot ini terutama didorong oleh penurunan profitabilitas perdagangan berjangka spot Bitcoin.
“Terakhir, publik juga diingatkan tentang risiko tinggi menyimpan mata uang kripto di bursa dengan peretasan Bybit baru-baru ini, yang merupakan pencurian uang terbesar dalam sejarah kripto,” katanya. Peristiwa ini merontokkan kepercayaan diri para pelaku pasar kripto.