Dua Maskapai Penerbangan Rugi Triliunan Rupiah Akibat Pandemi Covid-19

Image title
9 November 2020, 12:51
penerbangan, maskapai penerbangan, garuda indonesia, air asia, airasia, garuda rugi, air asia rugi, airasia rugi, maskapai penerbangan merugi, pendapatan maskapai anjlok, penerbangan sepi, penerbangan terdampak covid-19
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Sejumlah pesawat udara berada di apron dan landasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Beberapa strategi yang akan dijalankan AirAsia di antaranya langkah-langkah penghematan biaya yang telah dilaksanakan dan akan terus diimplementasikan sampai saat pemulihan situasi bisnis untuk menjaga kesinambungan usaha. Penghematan tersebut seperti pengurangan gaji, serta pengurangan kegiatan acara, sponsor, dan biaya-biaya pemasaran.

"Kami juga bekerja sama dengan Grup AirAsia untuk negosiasi ulang biaya dengan vendor-vendor. Lalu, juga melakukan optimalisasi kapasitas pesawat," kata manajemen AirAsia.

Pandemi Covid-19 memang membuat bisnis aviasi terdampak negatif. Tak hanya AirAsia, maskapai penerbangan pelat merah pun mengalami hal yang sama akibat pandemi. Garuda harus menanggung kerugian hingga US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun hingga triwulan ketiga 2020 (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar).

Berdasarkan laporan keuangan Garuda yang dirilis melalui keterbukaan informasi, Kamis (5/11), kinerja kuartal ketiga 2020 berbanding terbalik dengan raihan profit periode yang sama tahun lalu. Garuda mampu meraih laba bersih US$ 122,42 juta atau Rp 1,74 triliun pada triwulan ketiga 2019.

Penurunan kinerja tersebut disebabkan pendapatan usaha Garuda yang anjlok. Hingga akhir September 2020, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan senilai US$ 1,13 miliar, turun hingga 67,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 3,54 miliar.

Pendapatan Garuda mayoritas masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai US$ 917,28 juta pada triwulan III 2020. Masalahnya, pendapatan penerbangan berjadwal ini anjlok hingga 67,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,79 miliar.

Optimisme di Akhir Tahun

Bisnis pariwisata mulai bangkit meski pandemi belum berakhir. Salah satu indikasinya, penerbangan mulai ramai saat libur panjang akhir pekan pada Oktober 2020 lalu. Selain itu, masyarakat yang bepergian ke luar kota juga membuat hunian hotel mulai bertambah. 

Garuda melayani sampai 40 ribu penumpang per hari pada libur Panjang akhir pekan tersebut. Angka itu 100% lebih tinggi dari target perusahaan sebanyak 20 ribu per hari. Garuda pun menjalankan berbagai strategi untuk terus meningkatkan jumlah penumpang. Di antaranya, dengan memberikan diskon harga tiket ke sejumlah tujuan.

Hal ini juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi airport tax di sejumlah bandara.  “Harga memang penting, makanya di momen tertentu kami memberikan penawaran harga,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam Indonesia Industry Outlook 2021 (6/11).

Selain itu, maskapai juga meningkatkan keamanan melalui penerapan protokol Kesehatan secara ketat. “Garuda Indonesia memastikan jumlah penumpang untuk terbang terus meningkat. Bersamaan dengan tagline perusahaan, kami hendak meyakinkan penumpang bahwa terbang bersama Garuda bisa aman dan terpercaya,” ujarnya.

Ia memperkirakan, lonjakan penumpang pesawat akan kembali terjadi saat libur Panjang akhir tahun 2020 mendatang. Setelah itu, ia berharap penerbangan akan berangsur normal pada tahun depan. Apalagi, beberapa rute internasional mulai dilonggarkan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...