Vaksinasi Jadi Optimisme BRI Jaga Rasio Kredit Seret di Bawah 3%
Kinerja BRI 2020
Sepanjang tahun lalu, BRI hanya mampu mengantongi laba bersih Rp 18,66 triliun. Jumlah tersebut anjlok 45,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan penurunan laba bersih terkait dengan pencadangan yang dilakukan oleh bank milik pemerintah tersebut tahun lalu.
"Laba menurun karena kami harus mencadangkan cukup besar terutama untuk menutup penyelamatan UMKM," katanya Januari lalu.
Rasio kredit bermasalah (NPL) BRI pada tahun lalu tercatat di level 2,99%, mengalami kenaikan dari 2,8% pada tahun sebelumnya. Makanya, BRI melakukan pencadangan dengan coverage ratio mencapai 237,73%.
Berdasarkan nilai, profitabilitas BRI tergerus karena pencadangan (provision expenses) yang nilainya mencapai Rp 32,85 triliun pada 2020. Nilai tersebut naik hingga 44,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp 22,76 triliun.
Padahal, laba operasional sebelum dipotong provisi, BRI sebesar Rp 59,62 triliun pada 2020 atau turun hanya 9,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp 66,19 triliun. Provisi tersebut yang membuat laba bersih BRI tahun lalu menurun secara signifikan.
Sunarso mengatakan besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh berkelanjutan (sustainable). Sebab, ke depan BRI harus siap menghadapi ketidakpastian dan mungkin ada pemburukan di berbagai aspek.
"Kinerja perusahaan akan tetap terjaga karena kami sudah mencadangkan lebih dari cukup terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul," ujarnya.