Operator Telekomunikasi Pacu Ekspansi, Emiten Menara Bakal Dulang Cuan

Syahrizal Sidik
13 Maret 2024, 14:51
Operator Telekomunikasi Pacu Ekspansi, Emiten Menara Bakal Dulang Cuan
Telkom
Ilustrasi menara telekomunikasi

“Belanja modal Telkom fokus untuk pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi. Pada fixed broadband, belanja modal digunakan untuk pengembangan akses fiber optik, infrastruktur kabel laut, dan proyek lain seperti menara telko dan data center,” tulis keterangan resmi TLKM.

Berkah Emiten Menara

Ekspansi operator telekomunikasi di luar Jawa dinilai akan berimbas positif pada emiten menara, terutama tiga pemain besar yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dari Grup Telkom, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dari Grup Djarum, dan emiten Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Untuk kinerja tahun lalu,  baru MTEL yang baru merilis laporan keuangan dengan membukukan kenaikan laba bersih 12,6% menjadi Rp 2,01 triliun dari laba tahun sebelumnya Rp 1,79 triliun dan pendapatan naik 11,2% YoY menjadi Rp 8,59 triliun dari sebelumnya Rp 7,73 triliun.

Riset teranyar Trimegah Sekuritas Indonesia menilai pendorong kinerja MTEL lantaran strategi akuisisi anorganik yang secara sistematis memperluas portofolio menara dan meningkatkan rasio sewa (tenancy ratio), termasuk di luar Jawa.

“MTEL proaktif menambah aset serat optik guna memperluas jangkauan, ini bertujuan meningkatkan pendapatan dan menaikkan margin. Kami menilai MTEL akan terus memperluas menara dan fiber optik secara anorganik,” tulis Trimegah. 

Head of Research Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus menilai ekspansi operator selular, khususnya ISAT, ke luar Jawa juga menjadi katalis positif bagi MTEL. “Kami mengantisipasi komitmen ISAT untuk terus ekspansi ke luar Jawa dapat berdampak positif bagi emiten menara seperti MTEL, mengingat eksposurnya dominan luar Jawa sebesar 58%,” tulis Willinoy. Trimegah menilai eksposur di luar Jawa itu lebih tinggi dari TOWR dan TBIG yang masing-masing di bawah 50%.

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas pun melihat tren ekspansi operator telko ke luar Jawa akan menguntungkan bagi emiten menara telko, terutama bagi MTEL. Alasannya ada tiga, pertama, MTEL memiliki rasio sewa terendah (1,5 kali), dibanding TBIG (1,87 kali) dan TOWR 1,81 kali) sehingga menghasilkan kolokasi yang tinggi. Kolokasi adalah layanan di mana operator menyewa menara yang memang dimiliki perusahaan menara.

Riset BRIDS terkait posisi net debt dan leverage levels tiga emiten menara terbesar di BEI.Posisi net debt dan leverage levels tiga emiten menara terbesar di BEI. (BRIDS)

Kedua, MTEL memiliki tingkat leverage atau rasio kesehatan perusahaan yang jauh lebih rendah dari pesaingnya, jadi ruang akuisisi aset bisa lebih besar sehingga dapat mencapai pertumbuhan dua digit–dan itu terealisasi dengan pendapatan dan laba yang naik dua digit di 2023.

“Ketiga, operator telko di Jawa termotivasi melakukan merger dan akuisisi demi meredam ketatnya persaingan dan tumpang tindih jaringan, sehingga mereka dapat mengalokasikan sumber daya mereka ke pulau luar Jawa di mana MTEL punya keunggulan komparatif dalam sewa kolokasi,” kata Niko.

BRIDS menyematkan outlook ‘overweight’ untuk sektor menara telko atau potensi naik dibanding sektor lain, dengan rekomendasi beli yakni saham MTEL, dengan target harga Rp 960/saham, sedangkan target harga TBIG Rp 3.200/saham dan TOWR Rp 1.300/saham.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...