BI & Pemerintah Antisipasi Kondisi Terburuk Kurs Rupiah 20.000 per US$

Agatha Olivia Victoria
1 April 2020, 12:50
bi, rupiah, pandemi corona, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut rupiah saat ini berada pada tingkat yang memadai.

Pada skenario berat pertumbuhan ekonomi, perekonomian berpotensi hanya tumbuh 2,3% bahkan menurun 0,4% dalam skenario sangat berat. Angka tersebut cukup jauh jika dibandingkan dengan asumsi makro pada Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2020.

Menurut Sri Mulyani, skenario terburuk pertumbuhan ekonomi tersebut bisa terjadi jika pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat, menjadi 3,2% dalam skenario berat, hingga 1,6% dalam skenario sangat berat. Kemudian, pertumbuhan konsumsi pemerintah hanya tumbuh 6,83% atau 3,73% yang berpotensi meningkatkan defisit hingga 5,07%.

(Baca: Ditopang Aksi Spekulasi Investor, Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS)

Hal ini diikuti dengan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga turun 1,78% hingga 1,91%. Penyebab lainnya, yakni kinerja investasi yang kurang positif, hanya tumbuh 1% atau bahkan menurun 4%. Selanjutnya, ekspor yang menurun tajam 14% hingga 15,6%, serta impor turun 14,5% hingga 16,65%.

Tak hanya pertumbuhan ekonomi, harga ICP juga turut dihitung pada skenario terbaru pemerintah akibat virus corona. Pada skenario berat, pemerintah memperkirakan harga ICP hanya mencapai US$ 38 per barel dan US$ 31 per barel pada skenario sangat berat. Skenario tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan asumsi makro pada APBN 2020 yang sebesar US$ 63 per barel.

Selanjutnya, inflasi juga diperkirakan mencapai 3,9% pada skenario berat dan 5,1% pada skenario sangat berat. Cukup jauh jika dibandingkan asumsi makro tahun ini.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...