Ekspor-Impor Lesu, Pengusaha Duga Ada Pelemahan Daya Beli

Rizky Alika
15 Oktober 2019, 20:19
daya beli masyarakat melemah, ekspor impor turun, penurunan daya beli, perlambatan pertumbuhan ekonomi
Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi retail. Penurunan daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan turunnya ekspor dan impor.

Dari sisi ekspor, diversifikasi pasar perlu dilakukan. Selain itu, eksportir dan importir perlu diberikan kemudahan agar neraca dagang tetap terjaga. Adapun, peningkatan ekspor akan selalu diikuti dengan peningkatan impor.

Sementara, penurunan impor diperkirakan terjadi lantaran adanya penurunan kinerja industri. Sebagaimana diketahui, industri membutuhkan impor bahan baku untuk meningkatkan produksinya. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk mengantisipasi penurunan impor yang terjadi. "Kita harus berisap juga jangan sampai kita masuk dalam resesi," ujar dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2019 defisit sebesar US$ 160 juta, memburuk dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus US$ 85 juta. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan ekspor pada September tercatat sebesar US$ 14,1 miliar turun 1,21% dibanding bulan sebelumnya atau 5,74% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, impor pada September tercatat turun 2,41% dibanding periode yang sama tahun lalu. "Neraca perdagangan pada September 2019 defisit US$ 160 juta. Secara kumulatif, Januari-September 2019, neraca perdagangan defisit US$ 1,95 miliar," jelas Suhariyanto.

(Baca: Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia)

Sebelumnya Bank Dunia telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan melambat ke angka 5% dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 5,17%. Sama halnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tidak akan mencapai target 5,3% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.

Menkeu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 5,08%. "Yang harus dilihat adalah investasi apakah masih akan tetap dilevel 5%," kata dia di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin (15/10).

Berikut ini adalah target dan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...