Rupiah Melemah Tertekan Perbaikan Data Ekonomi AS
Ibrahim juga menilai indeks dolar AS turut menguat akibat ketidakpastian baru atas kebijakan Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB). Ketidakpastian terjadi usai pengunduran diri Anggota Dewan Eksekutif dan Dewan Gubernur ECB Sabine Lautenschlaeger Rabu (25/9) malam waktu setempat.
(Baca: Ada Perang Dagang & Demonstrasi, Pasar Pilih Dolar AS Ketimbang Rupiah)
Disisi lain, perunding Brexit Uni Eropa mengatakan Inggris belum memberikan proposal legal dan operasional untuk kesepakatan keluar dari blok tersebut. Dengan melambatnya ekonomi global akibat perang dagang dan sentimen Brexit, ADB pum merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
ADB merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tadinya 5,2% menjadi 5,1%. Namun pemerintah juga memprediksi PDB tahun 2019 di 5,1%, walaupun jauh dari harapan yang diinginkan Badan Anggaran DPR sebesar 5,3%.
Sentimen pelemahan rupiah lainnya dinilai Ibrahim datang dari kebutuhan dolar AS yang tinggi di bulan september. "Dimana bulan ini adalah akhir kuartal ketiga sehingga banyak perusahan yang harus membayar deviden dan membayar hutang jangka pendek," ujarnya.
Dalam transaksi minggu depan tepatnya hari Senin, Ibrahim memproyeksikan rupiah masih akan melemah. Terutama akibat data eksternal yang masih mendominasi di AS dan Inggris. Sehingga pada hari Senin rupiah akan berada di antara Rp 14.65 - Rp 14.200 per US$.