Bank Dunia Prediksi Perlambatan Ekonomi Asia
Selain ekonomi Cina, dia melihat tantangan yang mengancam ekonomi Asia Timur adalah pertumbuhan negara maju yang masih lambat dan belum merata, terutama di kawasan Eropa dan Jepang. Di sisi lain, kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate) juga berimbas pada penguatan dolar AS terhadap semua mata uang.
Kondisi ini akan meningkatkan biaya pinjaman, mendorong gejolak finansial, dan mengurangi aliran uang yang masuk ke Asia Timur. Penguatan dolar ini, akan merugikan negara yang bergantung pada dolar AS seperti Kamboja dan Timor Leste.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty menyampaikan, kunci untuk menghadapi risiko ini adalah kebijakan fiskal. Dengan harga minyak rendah, berbagai negara baik yang importir maupun eksportir minyak sebaiknya melakukan reformasi penetapan harfa bahan bakar minyak. Hal ini baik untuk kebijakan fiskal yang lebih baik.
Kebanyakan perekonomian Asia Timur, kata dia, berupaya meningkatkan pendapatan dan restrukturisasi pengeluaran. Hingga bisa mengisi kekurangan investasi infrastruktur dan mengalokasikan lebih banyak dana untuk perlindungan sosial dan program asuransi, yang sudah tertekan akibatnya populasi penduduk yang semakin menua.
?Pada kebanyakan negara eksportir minyak pun seperti Mongolia, konsolidasi fiskal sangat penting,? ujarnya.