Gelagat Pengusaha Menahan Ekspansi dari Data Anjloknya Impor Oktober

Agustiyanti
16 November 2020, 20:19
neraca perdagangan, ekspor-impor, ekspor, impor, barang modal
123RF.com/Cheangchai Noojuntuk
Ilustrasi. Impor pada Oktober anjlok 6,79% dibandingkan bulan sebelumnya.

Kondisi manufaktur yang masih tertahan juga ditunjukkan oleh data yang dirilis IHS Markit. Berdasarkan data tersebut, Purchasing Managers’ Index Indonesia pada Oktober 2020 masih dalam fase kontraksi meski sedikit naik dari posisi 47,2 pada September ke 47,8.

Ekspor Membaik 

Di sisi lain, kinerja ekspor pada Oktober 2020 membaik. Ekspor  mencapai US$ 14,39 miliar, naik 3,09% dibandingkan bulan sebelumnya meski masih turun 3,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ekspor secara bulanan didorong oleh komoditas nonmigas mencapai 3,54% dari US$ 13,29 miliar menjadi US$ 13,76 miliar, sedangkan ekspor migas turun 5,94% dari US$ 0,67 miliar menjadi US$ 0,63 miliar.

 "Ada tren membaik pada ekspor kita pada Oktober 2020," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers Perkembangan Ekspor Impor, Senin (16/11).

Ekspor industri pengolahan  naik 2,08% secara  bulanan atau 3,86% secara tahunan menjadi US$ 11,79 miliar dan pertanian  naik 1,26% secara bulanan atau 23,8% secara tahunan menjadi 0,42 miliar. Sedangkan ekspor pertambangan mencapai US$ 1,55 miliar, melonjak 16,98%  secara  bulanan tetapi masih anjlok 33,31% secara tahunan.

"Ekspor  industri pengolahan mengambil porsi 81,91% , tambang 10,8%, migas 4,73%, dan pertanian 2,92% dari total ekspor," katanya.  

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menjelaskan, ekspor pada Oktober 2020 ditopang oleh perbaikan permintaan dari Tiongkok. Ekspor nonmigas ke Tiongkok pada Oktober 2020 naik 8,9% dibanding bulan sebelumnya. Porsi ekspor Indonesia ke Tiongkok naik menjadi 18,6%. 

"Ini kabar baiknya, ada pemulihan ekspor yang lebih cepat, meskipun tetap perlu dicermati bahwa surplus masih disebabkan impor yang menurun cukup dalam karena aktivitas didalam negeri belum pulih," ujar  Bhima. 

Bhima menduga produsen masih menahan kenaikan produksi karena daya beli konsumen yang diperkirakan masih lemah pada kuartal keempat. Data ini sejalan dengan Indeks keyakinan konsumen yang masih menurun dari 83,4 pada September menjadi 79 pada Oktober.

"Selama konsumen kelas menengah dan atas tahan belanja, maka industri tidak berani menambah stok pasokan bahan baku termasuk bahan baku impor," katanya. 

Impor yang anjlok lebih dalam dibandingkan kenaikan ekspor membuat neraca perdagangan pada Oktober 2020 surplus sebesar US$ 3,6 miliar. Surplus ini melonjak dibandingkan bulan lalu yang mencapai US$ 2,4 miliar seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...