Pengetatan PSBB, Obat Pahit Berlanjutnya Resesi Ekonomi di Awal 2021

Agustiyanti
7 Januari 2021, 18:19
pengetatan PSBB Jawa-Bali, resesi ekonomi, pandemi corona, ekonomi kuartal I
123RF.com/Artit Aungpraphapornchai
Ilustrasi. Pemerintah masih optimistis ekonomi tumbuh 5% pada tahun ini meski ada pengetatan PSBB Jawa Bali.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga menguat dibandingkan posisi akhir tahun lalu, meski melemah tipis pada perdagangan hari ini. Kedua hal tersebut menunjukkan kepercayaan pasar dan sektor keuangan terhadap kebijakan pemerintah.

Selain itu, menurut dia, rencana vaksinasi Covid-19 berjalan dengan baik. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun telah melaporkan realokasi anggaran untuk vaksinasi Covid-19 tahun ini.

"Vaksinasi butuh dana Rp 65 triliun-73 triliun," katanya.

Resesi Berlanjut ke Kuartal I

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama akan kembali terkontraksi secara tahunan akibat pengetatan kembali PSBB. Apalagi wilayah Jawa dan Bali masih menjadi pendorong utama perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, ekonomi wilayah Jawa menyumbang 58,8%, sedangkan Bali dan Nusa Tenggara berkontribusi 2,92% terhadap perekonomian nasional pada kuartal III 2020.

Meski demikian, ia memperkirakan dampak pembatasan tak akan sedalam saat kuartal II 2020 yang menyebabkan kontraksi ekonomi 5,32%. Vaksinasi yang akan mulai berjalan membuat optimisme masyarakat lebih baik. 

 "Kuartal pertama ini semula diharapkan tumbuh positif, tetapi dengan perkembangan pandemi dan pengetatan PSBB kemungkinan terkontraksi 1% hingga 0%," kata Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (7/1). 

Ia yakin perekonomian domestik akan kembali positif pada kuartal kedua 2021. Ini terutama karena kondisi ekonomi pada periode yang sama tahun lalu terkontraksi sangat dalam. "Low based-nya sangat rendah pada kuartal kedua tahun lalu minus 5,32% sehingga pertumbuhannya kemungkinan melonjak pada kuartal kedua tahun ini," katanya. 

Josua tak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 3% hingga 4% meski ada pengetatan PSBB. "Saya belum mengubah proyeksi ekonomi tahun ini sembari menunggu progress vaksinasi. Tapi dari proyeksi 3% hingga 4%, pertumbuhan ekonomi tahun ini cendeurung mendekati batas bawah," ujarnya. 

Sementara itu, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai pengetatan PSBB tak akan banyak berdampak terhadap ekonomi. Pengetatan ini berbeda dengan PSBB pada April-Mei 2020 yang benar-benar melarang aktivitas ekonomi. 

"Tidak akan menyebabkan penurunan karena ekonomi kita memang masih mengalami kontraksi, tetapi pengetatan PSBB akan menahan laju pemulihan ekonomi yang saat ini sedang berjalan. Sulit untuk tumbuh positif pada kuartal I," katanya kepada Katadata.co.id

Terlepas dari itu, menurut dia, pengetatan dibutuhkan untuk mencegah lonjakan kasus covid-19. Kasus yang terus meningkat dapat menganggu upaya penanggulangan pandemi termasuk rencana vaksinasi.

Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi juga menilai pengetatan PSBB dibutuhkan meski akan menahan laju pemulihan ekonomi pada awal tahun ini. Tanpa pengetatan PSBB,  pandemi berpotensi tidak terkendali dan membuat perekonomian sulit pulih secara ajeg atau berkelanjutan.

"Kalaupun terjadi kontraksi pada kuartal I, kontraksinya tidak akan sebesar pada kuartal II 2020  karena cakupan wilayah PSBB baru ini lebih sempit dan para pelaku ekonomi relatif sudah tahu mengenai prosedur kesehatan dan jaga jarak sosial yang harus dilakukan," katanya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...