Posisi Indonesia di Tengah Peluang Besar Ekonomi Tiongkok Menyalip AS

Agustiyanti
19 Januari 2021, 17:07
ekonomi Tiongkok, ekonomi Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia
123RF.com/Dilok Klaisataporn
Ilustrasi. Ekonomi Tiongkok pada 2020 tumbuh 2,3%, satu-satunya ekonomi utama dunia yang positif di tengah pandemi Covid-19.

Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan yang besar dengan Tiongkok pada tahun lalu US$ 9,42 miliar. Namun, defisit tersebut turun dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 16,97 miliar, 

Sementara dengan Amerika Serikat, ekspor Indonesia pada tahun lalu naik 4,58% menjadi US$ 16,2 miliar. Di sisi lain, impor dari AS turun dari US$ 8,1 miliar menjadi US$ 7,48 miliar. Neraca perdagangan Indonesia surplus dari AS mencapai US$ 11,13 miliar. 

"Surplus perdagangan kita paling besar dengan Amerika Serikat, sedangkan defisit paling besar dengan Tiongkok pada tahun lalu," kata Direktur Statistik BPS Efliza Yusuf kepada Katadata.co.id pekan lalu. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, perbaikan kinerja ekspor dalam beberapa bulan terakhir  menjelang tutup tahun 2020 terutama ditopang oleh pemulihan ekonomi Tiongkok.  Harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia meningkat seiring pemulihan ekonomi Negara Tembok Raksasa itu.

Ia juga memproyeksi aktivitas ekonomi Tiongkok pada tahun inih cenderung lebih cepat dibanding negara lainnya. Kondisi ini akan menjadi pendorong utama kinerja ekspor Indonesia pada kuartal pertama tahun ini mengingat Negara Tembok Raksasa ini merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia. 

Sejalan dengan peningkatan ekspor, bisnis usaha yang terkait dengan komoditas ekspor juga berpotensi ikut terdampak. "Spillover dari ekspor ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah dengan cara memberikan keringanan ekspor, terutama untuk eksportir komoditas, dengan harapan dampaknya akan teramplifikasi," kata Josua kepada Katadata.co.id, Selasa (19/1). 

Tiongkok saat ini juga merupakan negara penanam modal asing terbesar kedua setelah Singapura. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, investasi Tiongkok di Indonesia  pada Januari-September 2020 mencapai US$ 3,5 miliar. "Dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang lebih tinggi, ini diharapkan  mendukung upaya Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah pada 2045 dan mendudukkan Indonesia sebagai peringkat ke 5 PDB di dunia," katanya. 

Namun, menurut dia, pemerintah perlu mempercepat transformasi struktur ekonomi yang lebih sustainable guna mendorong peningkatan fundamental ekonomi.

Di sisi lain, data BKPM menunjukkan investasi asal AS pada Januari-September 2020 menempati posisi kedelapan dengan nilai investasi US$ 480,1 juta, turun dibandingkan tahun sebelumnya US$ 757,14 juta pada periode yang sama tahun lalu. Adapun BKPM hanya mencatat investasi di sektor riil, tak mencakup sektor migas dan keuangan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bercerita pernah mendapat pertanyaan dari Amerika Serikat terkait kedekatan Indonesia dengan Tiongkok.  Namun, ia merespons dengan mengatakan bahwa ini merupakan kesalahan AS karena tidak pernah mencoba berhubungan dekat dengan Indonesia dalam lima tahun terakhir. 

"Saya kalau ke Tiongkok ketemu orang langsung ditanggapi dengan bagus, jaraknya kami lebih dekat, budayanya. Jadi jangan salahkan kami. Bukan berarti kami tidak terbuka dengan AS," ujar Luhut saat berbincang dalam Youtube Channel milik Dahlan Iskan, akhir tahun lalu. 

Namun, hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia belakangan kian mesra. Luhut menyebut Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mendapat perpanjangan fasillitas perdagangan GSP (Generalized System of Preference) yang merupakan pembebasan tarif bea masuk kepada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada masa pemerintahan Trump, fasilitas ini dikaji ulang untuk menekan defisit neraca perdagangan AS. 

"Ini hasil setelah berunding selama satu tahun. Kita satu-satunya yang dapat. India, Vietnam, dan Thailand, fasilitas GSP mereka dicabut," kata Luhut. 

Selain itu, menurut dia, banyak perusahaan AS yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satunya melalui Indonesia Investment Authority, lembaga pengelola investasi yang akan beroperasi pada awal tahun ini. Saat ini, Indonesia telah mengantongi komitmen dari  United States International Development Finance Corporation senilai US$ 2 miliar. 

"Dengan DFC ini masuk,BlackRock, Blackstone, Carlyle, semua manajer investasi besar ini tertarik untuk masuk," kata Luhut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...