Sri Mulyani Kerek Anggaran Kesehatan untuk Covid-19 Jadi Rp 194 T

Rizky Alika
5 Juli 2021, 14:28
anggaran kesehatan, penanganan Covid-19, PEN, lonjakan kasus Covid-19, Sri mulyani
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan tambahan anggaran kesehatan dalam program PEN akan digunakan untuk akan digunakan untuk membiayai diagnostik, pengetesan (testing), penelusuran (tracing), dan biaya perawatan pasien Covid-19.

Pemerintah saat ini tengah berupaya meningkatkan layanan kesehatan bagi pasien Covid-19. Salah satunya melalui kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan 11 aplikasi telemedicine untuk menyediakan layanan konsultasi dan obat gratis bagi pasien positif Covid-19 yang menjalankan isolasi mandiri.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kerja sama ini dilakukan agar pasien dengan gejala ringan dan orang tanpa gejala bisa mengakses pengobatan di rumah. Adapun, 11 telemedicine itu meliputi Alodokter, Getwell, Good Doctor, Halodoc, KlikDokter, KlinikGo, Link Sehat, Milvik Dokter, ProSehat, SehatQ, dan YesDok. Layanan gratis ini akan diuji coba mulai Selasa (6/7) di DKI Jakarta.

Kementerian Keuangan mencatat, realisasi pos anggaran kesehatan pada program PEN hingga 25 Juni 2021 baru mencapai Rp 45,4 triliun atau 26,3% dari pagu.  Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha menjelaskan, realisasi anggaran yang rendah ini terjadi karena  sempat ada kendala suplai vaksin sebelum Lebaran. Namun, hambatan tersebut sudah teratasi saat ini. "Sehingga saat ini fokusnya adalah mempercepat vaksinasi itu sendiri agar kekebalan kelompok bisa tercapai pada akhir tahun ini," ujar dia pekan lalu. 

Sementara itu, Ekonom Senior Yusuf Rendy Manilet menilai, lambatnya realisasi anggaran PEN terutama untuk kesehatan perlu menjadi perhatian pemerintah. "Jangan sampai dengan realisasi yang rendah, program vaksinasi dan peningkatan kapasitas test, tracing dan isolasi tidak berjalan secara optimal dan pada muaranya akan menganggu ritme pemulihan ekonomi," kata Yusuf kepada Katadata.co.id pada bulan lalu. 

Menurut dia, salah satu alasan proses pemulihan ekonomi berjalan lambat pada tahun lalu karena tren kasus Covid-19 yang masih tak menentu, serta tidak optimalnya perencanaan dan realisasi anggaran PEN kesehatan.

Kasus aktif Covid-19 di Indonesia hingga 5 Juli 2021 telah mencapai 295,2 ribu kasus, naik 13,5 ribu kasus dari hari sebelumnya. Jumlah ini membawa Indonesia sebagai negara dengan kasus aktif Covid-19 tertinggi kedua di Asia. 

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...