Rupiah Melemah ke 14.540/US$ Tertekan Potensi Tapering Off The Fed

Agatha Olivia Victoria
8 Juli 2021, 10:23
rupiah, tapering off, kurs, the fed
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Rupiah pagi ini melemah bersama mayoritas mata uang Asia.

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,09% ke level Rp 14.495 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah tertekan kemungkinan tapering off atau pengurangan pembelian aset Bank Sentral AS, The Federal Reserve. 

Mengutip Bloomberg, rupiah kian tertekan ke Rp 14.540 per dolar AS hingga pukul 10.00 WB.  Mayoritas mata uang Asia pun melemah pagi ini. Dolar Singapura turun 0,21%, dolar Taiwan 0,04%, won Korea Selatan 0,57%, peso Filipina 0,1%, rupee India 0,09%, yuan Tiongkok 0,12%, ringgit Malaysia 0,25%, dan baht Thailand 0,33%. Sementara yen Jepang menguat 0,08% sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih melemah hari ini terhadap dolar AS mengikuti pelemahan nilai tukar regional. "Notulen rapat kebijakan moneter Fed dini hari tadi menunjukkan kemungkinan pengurangan pembelian aset, terutama surat berharga kredit perumahan lebih cepat," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (8/7).

Otoritas Moneter AS menunjukkan bahwa kondisi sektor perumahan Negeri Paman Sam telah membaik. Porsi surat berharga kredit perumahan dalam pembelian aset bulanan Fed adalah US$ 40 miliar dari total US$ 120 miliar.

Selain itu, Ariston menilai situasi kenaikan kasus baru Covid-19 karena varian delta juga sudah menjadi kekhawatiran pelaku pasar global. "Hal tersebut juga mendorong pasar masuk ke mata uang Negeri Paman Sam untuk mencari aset aman," kata dia.

Ia memperkirakan pelemahan rupiah hari ini ke kisaran Rp 14.550 per dolar AS. Sementara, potensi support di level Rp 14.450 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan bahwa dolar AS memangkas penguatannya setelah rilis dari rapat Fed bulan Juni 2021. "Pertemuan tersebut menunjukan bahwa arah kebijakan The Fed tidak se-hawkish perkiraan," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Kamis (8/7).

Saat berita ini ditulis, indeks mata uang Negeri Paman Sam naik 0,14% ke level 92.77. Dolar AS terlihat menguat terhadap mayoritas mata uang utama global seperti euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss.

Sebelumnya, dolar AS kembali menunjukkan tren penguatan sejak pembukaan pasar Amerika dan mencapai puncaknya saat indeks dolar AS tercatat 92,84. Indeks mata uang Negeri Paman Sam pun ditutup menguat tipis 0,11% di level 92,64.

Di sisi lain, ia menuturkan, imbal hasil atau yield obligasi AS tenor 10 tahun kembali loyo dan ditutup turun sebesar 3 basis poin ke level 1,32%. Sementara itu, mayoritas indeks saham AS menguat, terefleksi oleh DJIA, S&P500, dan NASDAQ yang naik masing-masing 0,30%, 0,34%, dan 0,01%.

Josua menjelaskan bahwa kenaikan kasus Covid-19 di kawasan Asia memberatkan pergerakan mata uang regional, termasuk rupiah pada perdagangan kemarin. Selain itu, rupiah turut terpengaruh rilis cadangan devisa Juni 2021 yang meningkat dari US$ 136,4 miliar menjadi US$ 137,1 miliar.

Kenaikan cadangan devisa tersebut ditopang penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk global. "Sehingga hari ini, kurs rentang Rp 14.475-14.575 per dolar AS," ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan