Belanja Masih Rendah, Defisit APBN Baru Capai Rp 383 T atau 2,32% PDB
Sri Mulyani juga mencatat, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga akhir Agustus berhasil tumbuh 19,6% menjadi Rp 277,7 triliun. Realisasinya bahkan sudah mencapai 93,1% dari target Rp 299,1 triliun, yang terutama didorong PNBB dari sumber daya alamm.
Di sisi lain, belanja negara yang mencapai Rp 1.560,8 triliun pada bulan lalu hanya tumbuh 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan belanja terutama didorong belanja pemerintah pusat yang tumbuh 10,9% menjadi Rp 1.087,9 triliun.
Kenaikan pada belanja pemerintah pusat didorong oleh belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) yang tumbuh 21,5%. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa sebagian besar belanja tersebut dipakai untuk belanja modal, seperti berlanjutnya proyek infrastruktur, serta belanja barang khususnya untuk penanganan Covid-19.
Sementara itu, belanja pemerintah pusat untuk non-K/L justru tekontraksi 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 459,3 triliun. Komponen belanja ini antara lain, mencakup manfaat pensiun termasuk THR pensiun, subsidi energi dan pupuk, serta program kartu pra-kerja.
Penurunan belanja dibandingkan tahun lalu juga terjadi pada Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 15,2% menjadi Rp 472,9 triliun. Namun, Sri Mulyani menyebut terjadi kenaikan pada Dana Alokasi Khusus (DAK) nonfisik.
Kementerian Keuangan juga mencatat, realisasi pembiayaan sudah mencapai Rp 528,9 triliun atau 52,6% dari target tahun ini Rp 1.006,4 triliun. Namun dari komponen pembiayaan tersebut, ia mencatat realisasi investasi masih minim yakni baru mencapai Rp 61,8 triliun atau 33,5% dari target.