BI Lihat Sistem Keuangan Stabil, Risiko Kebangkrutan Korporasi Menurun

Abdul Azis Said
5 Oktober 2021, 15:24
gagal bayar, kredit korporasi, probability of default, sistem keuangan, bank indonesia
Arief Kamaludin | Katadata
BI melihat, potensi gagal bayar atas kredit korporasi atau probability of default terus turun setelah mencapai titik tertingginya pada kuartal II tahun lalu.

BI juga memperkirakan stabilitas sistem keuangan pada paruh kedua masih akan tetap terjaga. Dari sisi intermediasi perbankan, BI memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 4% - 6% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6% - 8%. 

Perkembangan penyaluran kredit akan banyak dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi, khususnya sektor yang berorientasi ekspor. Selain itu, dinamika permintaan kredit dari sektor rumah tangga juga membantu meningkatkan fungsi intermediasi perbankan pada paruh kedua mendatang.

"Peningkatan permintaan komoditas batu bara dan barang tambang lainnya seperti nikel dan timah, berdampak positif pada peningkatan permintaan kredit baru untuk korporasi ekspor," tulis laporan tersebut.

Sementara itu, kinerja korporasi pada sektor-sektor lainnya diprakirakan masih berpotensi tertahan seiring dengan pembatasan mobilitas dan aktivitas keramaian pada pusat-pusat kegiatan ekonomi. Kondisi ini akan memengaruhi permintaan pembiayaan dan pertumbuhan intermediasi ke depan.

BI memperkirakan ketahanan korporasi relatif terjaga pada semester kedua, ditopang antara lain oleh leverage yang terkendali. Median ICR pada Semester II 2021 tercatat 1,62, membaik dibandingkan Semester II 2020 sebesar 0,31 atau berada di bawah nilai ambang batas 1,5.

 BI juga memperkirakan konsums akan melandai. Konsumsi sekunder dan tersier kelas menengah bawah diperkirakan akan kembali turun. Namun, pertumbuhan permintaan kredit masih akan berlanjut ditopang konsumsi primer dan konsumsi rumah tangga kelas menengah atas yang masih akan kuat meski terdapat penurunan.

Meski demikian, BI menyebut perlu mewaspadai sejumlah tantangan yang berpotensi menahan pemulihan. Ketidakpastian pasar keuangan global diperkirakan masih berlanjut seiring rencana tapering off bank sentral AS yang diperkirakan dimulai pada akhir tahun ini.

"Kondisi ini berpotensi mendorong pengalihan aliran modal kepada aset keuangan yang dianggap aman (flight to quality), sehingga mengakibatkan tertahannya aliran modal dan meningkatnya tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia," tulis laporan tersebut.

Selain mengantisipiasi rencana tapering off The Fed, BI juga menyebut lonjakan Covid-19 varian Delta serta langkah restriksi pada sejak awal semester II berpotensi menahan pemulihan ekonomi. Selain itu, pembatasan mobilitas juga berpeluang mempengaruhi sistem keuangan, khususnya sepanjang periode Juli-September.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...